Hyper-class soliton adalah sejenis gelombang dalam ilmu fisika dan matematika yang dapat mempertahankan bentuk dan energi sambil bergerak dengan cahaya konstan. Konsep soliton sebenarnya sudah digagasa oleh John Scott Russel tahun 1844, seorang ahli teknik.
Jika memiliki energi yang cukup, soliton dapat berfungsi sebagai 'gelembung warp' yang mampu bergerak secara superluminal, terang Lentz. Sehingga secara teoritis memungkinkan suatu objek melintasi ruang dan waktu dalam lindungan dari kekuatan pasang-surut ekstrim.
"Energi yang dibutuhkan untuk drive ini [supaya dapat] bepergian dengan kecepatan cahaya yang memuat pesawat ruang angkasa 100 meter dalam radius adalah pada urutan ratusan kali massa planet Jupiter," kata Lentz."Penghematan energi perlu drastis, sekitar 30 urutan besarnya dalam jangkauan reaktor fisi nuklir modern."
Anda bisa membaca hipotesis lainnya tentang perjalanan menembus kecepatan cahaya di sini.
Perspektif lain menembus kecepatan cahaya
Desember 2022, sebuah penelitian di jurnal Classical and Quantum Gravity berjudul "Relativity of superluminal observers in 1 + 3 spacetime" terbit. Penelitian ini menghasilkan "perpanjangan relativitas khusus" yang menggabungkan tiga dimensi waktu dengan satu dimensi ruang--sesuai judulnya 1+3 ruang-waktu. Pemahaman ini berlawanan dengan tiga dimensi ruang dan dimensi satu waktu yang selama ini kita ketahui.
Studi ini menambahkan lebih banyak bukti bahwa objek mungkin bisa bergerak lebih cepat dari cahaya. Bahkan, jika berhasil, dia tidak akan melanggar hukum fisika yang kita kenal hari ini.
"Tidak ada alasan mendasar mengapa pengamat yang bergerak dalam kaitannya dengan sistem fisik yang dijelaskan dengan kecepatan lebih besar dari kecepatan cahaya tidak boleh tunduk padanya," kata penulis pertama studi Andrzej Dragan, dari University of Warsaw di Polandia, dikutip dari Phys.
Penelitian ini melanjutkan pandangan terkait perspektif superluminal yang dapat membantu menyatukan mekanika kuantum dengan teori relativitas khusus Einstein. Superluminal adalah gerakan yang seolah lebih cepat daripada cahaya. Setiap materi yang punya benda seperti ini terdapat lubang hitam yang berfungsi sebagai pengeluaran massa dengan kecepatan tinggi.
Lewat kerangka pemeikiran ini, partikel tidak lagi dimodelkan sebagai objek mirip titik. Alih-alih, untuk memahami apa yang mungkin dilihat oleh pengamat dan bagaimana partikel superluminal berperilaku, kita perlu beralih ke jenis teori medan yang mendukung fisika kuantum.
Source | : | phys.org,National Geographic Indonesia,IOP Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR