Nationalgeographic.co.id—Sebuah kisah unik baru-baru ini muncul dari Klaten, Jawa Tengah. Seorang anak laki-laki di sana kabur dari rumah karena takut di sunat ketika usianya 13 tahun.
Ia kabur dari rumah selama 25 tahun. Baru kembali ke rumah saat umurnya sudah 38 tahun. Sudah jadi pria dewasa.
Ketakutan anak laki-laki pada sunat atau khitan masuk akal. Tidak seorang pun merasa nyaman saat benda tajam menggores alat kelaminnya.
Namun, ketakutan ini sebenarnya bisa diredam atau dikurangi dengan pemberian edukasi atau pemahaman terkait sunat. Bagaimana sunat dilakukan, mengapa perlu dilakukan, apa manfaatnya, seperti apa rasa sakitnya, bagaimana efek biusnya, dan seberapa lama pemulihannya.
Sebuah studi bertajuk "Fear of Circumcision in Boys Considerably Vanishes within Ten Days of Procedure" yang terbit di Urology Journal mencoba membandingkan ketakutan akan sunat pada sebelum, segera setelah, dan sepuluh hari setelah operasi.
Ini adalah studi kasus-kontrol di mana para peserta dalam kelompok operasi terdiri atas anak-anak yang dirawat untuk sunat di klinik rawat jalan rumah sakit. Skala Ketakutan Anak-anak dan Tes Gambar Venham (Venham Picture Test/VPT) kepada tiap responden diberikan melalui wawancara tatap muka.
Dalam studi ini, ada 100 anak laki-laki yang telah disunat dan 99 anak laki-laki yang belum disunat. Hasil studi ini menunjukkan bahwa skor Skala Ketakutan Anak yang diukur sebelum dan segera setelah operasi berbeda secara signifikan dengan skor yang diperoleh pada hari ke-10 setelah operasi.
"Skor ketakutan total dari Tes Gambar Venham anak laki-laki yang keluarganya berada di tingkat ekonomi yang lebih tinggi lebih tinggi daripada anak laki-laki dari keluarga berpenghasilan rendah (P <.05)," tulis para peneliti dalam makalah studi tersebut.
Baca Juga: Sejarah Panjang Praktik Sunat: Ritual, Agama, Hukuman, hingga Medis
Baca Juga: Tradisi Sunat, Tanda Kedewasaan Hingga Bentuk Hukuman untuk Musuh
Baca Juga: Aturan Bagi Anak Yunani Kuno, Ada Seleksi Hidup Hingga Dilarang Sunat
Alasan utama anak laki-laki untuk sunat adalah agama. Alasan lainnya yang tersisa adalah kombinasi dari faktor agama dan kebersihan atau kesehatan.
"Anak laki-laki yang datang untuk disunat semata-mata karena alasan agama ditemukan kurang takut dibandingkan dengan anak laki-laki yang dibawa ke operasi karena alasan agama dan medis (P < 0,05)," ungkap tim peneliti.
Studi ini juga menemukan bahwa skor ketakutan terendah diperoleh untuk anak laki-laki yang berusia enam tahun atau lebih. Anak laki-laki yang tahu apa arti sunat kurang takut sunat dibandingkan dengan mereka yang tidak mengetahui prosedurnya.
Kesimpulan dari studi ini adalah ketakutan pada sunat tidak bertahan lama. Itu bakal hilang dalam waktu sepuluh hari.
Jadi, para peneliti menyimpulkan, "tampaknya masuk akal untuk merekomendasikan sunat untuk anak laki-laki berusia enam tahun." Selain itu, "pendidikan pra-operasi dapat membantu anak laki-laki untuk mengatasi rasa takut yang berasal dari sunat."
Source | : | Urology Journal |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR