Meskipun Jepang telah merombak bangunan itu, istana barunya jauh lebih kecil dari yang dijanjikan Doihara pada awalnya. Behr menambahkan, “Jepang akhirnya menobatkan Puyi sebagai kaisar pada tahun 1934”. Namun, alih-alih menjadi kaisar dari Dinasti Qing yang dipulihkan, dia adalah Kaisar Manchukuo.
Meskipun Puyi menjadi kaisar, dia tetap menjadi boneka pemerintah Jepang dan tidak memiliki otoritas yang sah. Satu-satunya tugasnya adalah menandatangani dan menegakkan kebijakan Jepang di Manchukuo. Pecahnya Perang Tiongkok-Jepang Kedua menjelaskan kepada Puyi bahwa Jepang tidak berniat memulihkan Dinasti Qing. Ketika menaklukkan Nanjing dan Shanghai, boneka Jepang baru diciptakan alih-alih menambahkan lebih banyak wilayah ke rezim Manchukuo Puyi.
Kekalahan Jepang dan penahanan Puyi oleh Soviet
Meskipun Jepang kalah di Atol Midway dan Laut Filipina, media Jepang terus menggambarkan militer mereka sebagai pemenang. Karena itu, Puyi tidak menyadari kejatuhan Jepang sampai tahun 1944.
Pada 9 Agustus 1945, Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang dan menginvasi Manchukuo. Karena pasukan Manchukuo dan Jepang tidak memiliki peluang melawan Soviet, Puyi berusaha melarikan diri ke Korea. Namun, karena kekacauan yang disebabkan oleh pemukim dan tentara Jepang yang mencoba naik kereta, kereta itu gagal mencapai Korea.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Puyi secara resmi turun tahta, yang menandai berakhirnya Manchukuo.
Puyi mencoba melarikan diri untuk kedua kalinya, kali ini ke Jepang, dengan pesawat di Mukden. Puyi terpaksa harus memilih siapa yang akan dibawa karena keterbatasan tempat duduk. Atase Rumah Tangga Kekaisaran, Yasunori Yoshioka, meyakinkan Puyi untuk meninggalkan Wanrong dan wanita lainnya di keluarganya. Ia menganggap mereka tidak dapat menghadapi bahaya penangkapan oleh Soviet.
Puyi berhasil mencapai Mukden, tempat pesawat Jepang telah menunggu, tetapi Soviet menangkapnya sebelum dia dapat menaiki pesawat kedua.
Stalin memutuskan untuk membiarkan Puyi tetap hidup. “Meskipun ia tahanan Soviet, Puyi masih diperlakukan dengan hormat dan diizinkan untuk memiliki beberapa pelayan,” ungkap Behr.
Chang Kai-Shek berulang kali meminta Soviet mengembalikan Puyi ke Tiongkok untuk diadili, tetapi Stalin menolak karena Partai Komunis Tiongkok. Sepupu Puyi, Kawashima Yoshiko, ditangkap oleh Kuomintang dan dieksekusi di depan umum karena pengkhianatan tingkat tinggi.
Proses peradilan Puyi
Meski menjadi kolaborator pemerintah Jepang, Puyi tidak pernah diadili sebagai penjahat perang. Di Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh, Puyi diuji sebagai saksi. Ia mengeklaim bahwa ditahan oleh Jepang di luar keinginannya. Jelas bagi para hakim bahwa Puyi mengatakan apa yang diperlukan untuk melindungi dirinya sendiri.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR