Namun, pemerintahan kedua Puyi dengan cepat berakhir setelah ledakan tiga bom kecil di Kota Terlarang. Anggota Republik Tiongkok melancarkan serangan itu sebagai unjuk kekuatan terhadap Zhang. Tentara Qing dengan cepat menyerah kepada pasukan republik.
Pernikahan Puyi
Pada Maret 1922, istana bangsawan mulai mempersiapkan pernikahan Puyi. Ia diminta untuk memilih salah satu wanita dari beberapa foto anak perempuan keluarga bangsawan Qing untuk dipilih sebagai permaisuri.
Puyi awalnya memilih Wenxiu dari keluarga Bordered Yellow Banner, tetapi pengadilan bangsawan menolak keputusan itu. Pasalnya, Wenxiu baru berusia 12 tahun. Puyi kemudian memutuskan untuk menikahi Wanrong, Permaisuri Xuantong dari klan Plain White Banner dari Manchu. Tidak hanya itu, Puyi juga menjadikan Wenxiu sebagai permaisuri kedua.
Puyi dan keluarga bangsawan diusir dari Kota Terlarang
Pada tanggal 23 Oktober 1924, panglima perang Feng Yuxiang memimpin kudeta di Beijing dan menguasai Republik Tiongkok. Dia mengusir Puyi dan semua bangsawan dari Kota Terlarang pada bulan Mei.
Peristiwa ini memaksa Puyi melarikan diri ke Tianjin, di mana pasukan Jepang membawanya. Puyi menjadi bosan dengan konsesi Jepang dan mulai membeli barang-barang mewah seperti piano, jam tangan, dan radio sebagai hiburan.
Selama periode ini, Wanrong mulai merokok opium dan menjadi kecanduan. Sang permaisuri utama bahkan tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas dasar di istana dan semakin membenci Puyi. Wenxiu, merasa semakin diabaikan oleh Puyi, melarikan diri dari Tianjin. Ia mengajukan gugatan cerai pada tahun 1931 dan diterima oleh Puyi.
Puyi diangkat menjadi kaisar boneka Jepang, naik takhta untuk ketiga kalinya
Menyusul invasi Jepang ke Manchuria pada September 1931, Jenderal Doihara Kenji mengunjungi Puyi di Tianjin. Ia mengusulkan untuk mengangkatnya sebagai Kaisar Manchukuo. Anggota istana bangsawan dan Wanrong berulang kali mencoba meyakinkan Puyi untuk menolak usulan Doihara.
Namun, sepupu Puyi, Aisin Gioro Xianyu, meyakinkannya untuk menerima persyaratan Jepang. Sang sepupu adalah seorang mata-mata Jepang yang lebih dikenal sebagai Kawashima Yoshiko. Pada tanggal 1 Maret 1932, Puyi diangkat sebagai pemimpin Manchukuo.
Meskipun dijanjikan sebuah kerajaan di Manchuria, apa yang menunggunya adalah negara boneka yang tidak dapat dia kendalikan. Jepang menetapkan Puyi sebagai kepala eksekutif dan memindahkannya ke tempat yang sebelumnya merupakan kantor Administrasi Pajak Garam di Changchun.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR