Pertama, melalui fotosintesis pada plankton dan alga. Seperti yang kita ketahui fotosintesis adalah proses tanaman yang menggunakan sinar matahari untuk mensintesis nutrisi dari karbon dioksida dan air. Plankton dan alga ini adalah makanan bagi banyak hewan laut dan ketidakhadirannya akan menyebabkan kematian kehidupan laut. Seluruh siklus hidup yang mencakup terumbu karang, hewan laut, dan tumbuhan air terancam jika plankton dan alga mati.
Kedua, lautan menyerap karbon dioksida melalui difusi ke atmosfer. Proses kompleks ini disebabkan oleh perbedaan kadar karbon dioksida di atmosfer dan lautan. Perbedaan tekanan yang terdeteksi menyebabkan pertukaran karbon dioksida. Karbon dioksida bergerak dari udara ke air ketika tekanan atmosfer karbon dioksida lebih tinggi. Karbon dioksida larut di laut karena larut.
Anda mungkin bertanya-tanya dari mana plastik masuk. Saat kita membuang botol plastik dan kantong kertas ke laut, plastik mencekik hewan dan tumbuhan laut. Hewan dan tumbuhan laut ini memainkan peran penting dalam siklus hidup dan dalam menyerap emisi karbon yang lagi-lagi meningkat oleh manusia dalam banyak hal. Ini adalah efek riak.
Baca Juga: Sampah Plastik dari Indonesia Mencemari Negara Lain di Samudera Hindia
Baca Juga: Ekspedisi Sungai Nusantara 2022: Sungai Indonesia Banjir Mikroplastik
Baca Juga: Memalukan, Jumlah Sampah Plastik dari Sungai-Sungai Jakarta Terungkap
Baca Juga: Pengaruh Sampah Plastik Terhadap Perubahan Suhu Pantai dan Ekosistem
Plastik di lautan lama-kelamaan terus-menerus terdegradasi; bahkan sesuatu yang sebesar dan mengapung seperti kendi susu pada akhirnya akan luruh dan pecah menjadi mikroplastik. Plastik ini mengembangkan biofilm dari komunitas mikroba yang berbeda - "plastisfer", kata Linda Amaral-Zettler, seorang ilmuwan di Institut Penelitian Laut Kerajaan Belanda, yang menciptakan istilah tersebut. “Kami menganggap plastik sebagai sesuatu yang lembam,” kata Dr. Amaral-Zettler, seperti dilansir New York Times. “Begitu memasuki lingkungan, ia dengan cepat dijajah oleh mikroba.”
Jika sampah-sampah plastik ini pada akhirnya berubah menjadi mikroplastik, itu akan jauh lebih berbahaya, karena ukurannya yang tidak mudah terlihat.
Jadi lain kali saat Anda berpikir hendak membuang botol plastik, kantong kertas, atau bungkus permen ke laut atau sumber air lainnya, ingatlah hal ini. Pikirkan ikan yang akan mati karenamu. Terumbu karang yang akan hancur. Dan yang terburuk, planet yang pada akhirnya akan hancur karena ulah manusia yang sebenarnya bisa dihindari.
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR