Nationalgeographic.co.id—Mereka yang skeptis terus berargumen bahwa pemanasan global adalah propaganda politik, tetapi dengan semua bukti yang melimpah, bagaimana mungkin kita masih menyimpang begitu jauh dari kebenaran?
Pada tahun 2019, dunia mengalami lebih dari cukup banyak bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim. Hutan Hujan Amazon terbakar selama lebih dari sebulan dan Kebakaran Hutan Gondwana Australia dimulai.
Tahun 2020 juga belum dimulai dengan cara terbaik. Dengan suhu maksimum tercatat 41,9 Celcius, Australia mengalami suhu terpanas dalam sejarah. Salah satu aspeknya adalah kontribusi dari kebakaran hutan. Ilmuwan Eropa juga menyatakan bahwa 2019 adalah tahun terpanas kedua dalam sejarah dunia.
Dikatakan bahwa sebagian besar penyebab perubahan iklim berasal dari aktivitas manusia. Sepertinya kita tidak cukup mencintai planet kita untuk merawatnya saat ini dan untuk generasi yang akan datang. Penggundulan hutan, polusi, dan pembakaran bahan bakar fosil adalah beberapa hal yang kita lakukan yang merusak bumi kita. Tapi mungkin penyebab perubahan iklim yang paling diabaikan adalah mengotori lautan. Sadarkah bahwa kita sudah mengotori lautan?
Luas permukaan bumi yang tertutup air adalah 70,8%. Ini secara otomatis berarti bahwa pencemaran air memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan akibatnya pada perubahan iklim.
Hampir setengah dari semua polusi yang terjadi di lautan berasal dari aktivitas di darat. Tumpahan minyak, tempat pembuangan sampah, pembuangan plastik, dan polutan udara adalah bentuk utama pencemaran laut. Semua ini tidak akan terjadi jika manusia menanggapi masalah ini dengan sedikit lebih serius.
Yang paling menyebalkan adalah sampah dan sampah plastik. Karena tumpahan minyak dapat disalahkan atas kesalahan penanganan atau kesalahan lainnya, tetapi mengambil botol plastik dan dengan sengaja membuangnya ke laut tidak dapat dimaafkan.
Polusi Plastik adalah salah satu penyebab terbesar perubahan iklim. Hal ini telah dijelaskan pada makalah yang diterbitkan di jurnal Science of The Total Environment berjudul “The fundamental links between climate change and marine plastic pollution.”
Pada dasarnya, plastik terbuat dari bahan seperti etilena dan propilena yang berasal dari Bahan Bakar Fosil yang pada akhirnya (saat terkena sinar matahari) meningkatkan jumlah Karbon Dioksida di atmosfer. Tapi ketika plastik ini dibuang ke laut, hasilnya justru merusak lingkungan.
Anda lihat, lautan menyediakan salah satu penyerap karbon terbesar untuk gas rumah kaca yang berbahaya. Ini terjadi dalam dua cara.
Rahasia Mengontrol Populasi Nyamuk: Aedes aegypti Jantan Tuli Tidak Bisa Kawin!
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR