Masyarakat miskin akan menjadi korban ketika krisis iklim sudah tidak terbendung. Akses kesehatan, sanitasi, dan perbaikan rumah tinggal membutuhkan biaya yang sangat besar bagi mereka untuk bisa melangsungkan kehidupan. Sementara kebanyakan kawasan pengembang tempat tinggal masyarakat elit, justru mengorbankan kawasan masyarakat miskin.
“Ibarat istilahnya terjadi kanibalisme pelayanan publik untuk kawasan-kawasan sekitar situ,” ujar Rudi.
Baca Juga: Polusi Plastik Menjadi Salah Satu Penyebab Terbesar Perubahan Iklim
Baca Juga: Saat Lingkungan Hijau Menjadi Gurun, Bagaimana Tanaman Tetap Ada?
Baca Juga: Permukaan Laut Naik dengan Pesat, Negara Mana yang Cepat Terdampak?
Baca Juga: Akibat Perubahan Iklim yang Kian Nyata: Menghijaunya Tanah Arab Saudi
Belum lagi, pandemi virus zoonosis seperti COVID-19 yang pernah membuat kita tidak bisa bergerak bebas selama dua tahun. Pandemi seperti ini muncul akibat perubahan iklim karena hewan di alam liar terpaksa bermigrasi, atau bergerak lebih dekat dengan manusia.
Ancaman penyakit seperti ini akan tetap ada di masa depan, ketika hewan di alam liar terganggu ekosistemnya akibat iklim yang berubah. Adaptasi harus mereka lakukan dengan mencari suhu yang layak untuk mereka tinggal, walaupun itu harus dekat dengan manusia yang sering memburu mereka.
"Kita sudah melihat dampak buruk dari perubahan iklim terhadap pasokan pangan global, meningkatnya migrasi, konflik, penyakit, dan ketidakstabilan global, dan ini hanya akan menjadi lebih buruk jika kita tidak bertindak sekarang," terang organisasi lingkungan WWF.
"Perubahan iklim buatan manusia adalah krisis lingkungan terbesar di zaman kita. Itu mengancam masa depan planet yang kita andalkan untuk kelangsungan hidup kita dan kita adalah generasi terakhir yang dapat melakukan sesuatu untuk itu," lanjut mereka.
Source | : | Nature,National Geographic Indonesia,WWF |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR