Nationalgeographic.co.id—Makam Qin Shi Huang, kaisar pertama Tiongkok dan pendiri dinasti Qin, dikenal dengan temuan 9.000 patung prajurit terakota. Namun selain patung prajurit yang menakjubkan itu, para arkeolog menemukan sesuatu yang lain juga. Itu adalah sisa-sisa ribuan manusia yang dikubur hidup-hidup bersama Kaisar Qin Shi Huang. Ribuan tahun lalu, harem dan budak dikubur hidup-hidup untuk melayani kaisar yang meninggal.
Melayani hingga di akhirat
Jiwa-jiwa malang di makam kaisar pertama Tiongkok merupakan bagian dari praktik menguburkan yang hidup bersama dengan yang mati. Tujuannya adalah agar mereka dapat merawat orang yang sudah meninggal di akhirat.
Dikenal sebagai xùnzang (penguburan korban) atau renxun (pengurbanan manusia), praktik ini ditemukan di sebagian besar dinasti kekaisaran Tiongkok. Selama ribuan tahun ini, praktik tersebut menyebabkan ribuan kematian, baik sukarela maupun yang dipaksa.
Menurut cendekiawan Dinasti Han, Sima Qian, setelah Qin Shi Huang meninggal, putranya Huhai memerintahkan untuk mengeksekusi dan menguburkan semua selir ayahnya. Selir yang dipilih adalah yang tidak pernah melahirkan. “Alasannya karena tidak pantas membiarkan mereka meninggalkan istana,” tulis Sun Jiahui di laman The World of Chinese.
Sima tidak menjelaskan dengan pasti berapa banyak orang yang tewas atas perintah ini. Ia mencatat bahwa “itu adalah jumlah yang besar.”
Selain tulang wanita muda, pekerja makam juga jadi korban
Saat ini, dari 99 makam kecil yang ditemukan para arkeolog di dalam mausoleum. 10 telah digali, dan semuanya berisi tulang banyak wanita muda.
Ribuan pekerja bangunan yang membangun mausoleum megah untuk penguasa yang terkenal lalim itu juga menjadi korban. Sima mencatat bahwa setelah penguburan Qin Shi Huang selesai, pekerja konstruksi mungkin mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang cara kerja bagian dalam mausoleum. Di dalam mausoleum itu berisi harta karun berlimpah dan terdapat jebakan bagi para perampok makam.
Solusi Huhai adalah menutup gerbang mausoleum setelah pemakaman berakhir, menjebak semua pekerja di dalamnya. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sekitar 720.000 orang bekerja di mausoleum. Jika catatan Sima benar, bisa dibayangkan berapa banyak korban yang meninggal demi pemakaman kaisar pertama itu.
Praktik kurban pemakaman terus dilakukan meski banyak pertentangan
Qin Shi Huang bukanlah penguasa pertama, juga bukan yang terakhir, yang mengadakan pemakaman lengkap dengan xunzang.
Praktik ini paling terkenal dikaitkan dengan dinasti Shang (1600 – 1046 Sebelum Masehi). Di mausoleum raja-raja Shang Akhir di Houjiazhuang di Yinxu, para peneliti menemukan 164 kerangka di lubang pemakaman. Mereka kemungkinan dibunuh untuk menemani raja-raja yang mati di akhirat
Meski praktik kejam itu berlanjut selama berabad-abad, banyak yang menentang. Pendiri aliran filosofis Mohisme, menulis
“Untuk xunzhang, raja membunuh puluhan hingga ratusan; para jenderal militer dan pejabat sipil membunuh dari beberapa hingga seratus. Praktik semacam itu menghambat kehidupan orang dan menyia-nyiakan kekayaan yang tak terhitung jumlahnya.”
Xunzi, seorang filsuf Konfusius, menulis dalam bukunya Xunzi bahwa membunuh yang hidup untuk menemani orang mati adalah ide yang kejam.
Tapi ini tidak menghentikan Adipati Mu dari Negara Bagian Qin membunuh 177 orang di pemakamannya. Para kurban termasuk tiga pejabat setia bernama Yanxi, Zhonghang, dan Zhenhu.
Dalam perjamuan makan, sang adipati berkata pada pejabatnya, “Karena kita berbagi saat-saat bahagia bersama ketika kita masih hidup, kita harus mati bersama dan berbagi kesedihan.” Ketiga pejabat itu, semuanya mabuk, berjanji untuk mati bersama adipati itu.
Meski ada yang secara sukarela melakukannya, Helü, raja Negara Wu memaksa ribuan orang biasa menjadi xunzang untuk putrinya, Tengyu. Tengyu meninggal akibat bunuh diri.
Pada hari pemakaman, Helü memerintahkan bawahannya untuk berjalan dengan puluhan burung bangau putih menyusuri jalan menuju mausoleum mewah. Makam itu ia bangun untuk putri kesayangannya.
Adegan aneh menarik ribuan penonton yang kemudian mengikuti prosesi. Saat mereka tiba, Helü memerintahkan prajuritnya untuk menggiring semua orang dan burung bangau ke mausoleum. Setelah itu, gerbang ditutup secara permanen.
Beberapa kaisar dari dinasti Han mencoba menghapus xunzang. Kaisar Wu, misalnya, menerima memo dari cendekiawan Dong Zhongshu yang mengusulkan berhenti membunuh budak dan pelayan dengan santai.
Menurut Kitab Han, pangeran feodal Liu Yuan meminta izin kepada Kaisar Xuan untuk membunuh pelayan perempuan sebagai kurban penguburan. Kaisar menolak permintaan Liu dan mencabut gelar bangsawannya.
Pada dinasti Tang (618 – 907) dan Song (960 – 1279), yang dianggap sebagai dua periode Tiongkok yang paling makmur dan “beradab” oleh sejarawan, kebiasaan xunzang tampaknya menghilang. “Tidak ada catatan kasus xunzang yang ditemukan di teks sejarah resmi,” kata Jiahui. Namun, praktik tersebut masih tercatat di dinasti Liao (907 – 1125), Jin (1115 – 1234), dan Yuan (1206 – 1368). Ketiga dinasti itu didirikan oleh para penakluk nomaden dari utara.
Menurut catatan sejarah, ketika Yelü Abaoji, kaisar pendiri dinasti Liao, meninggal, permaisuri Shulü Ping mengajukan diri untuk dibunuh bersamanya. Tetapi permaisuri bertanggung jawab atas banyak urusan negara, sehingga para pejabat meyakinkannya untuk tetap hidup. Maka, permaisuri memotong tangan kanannya sendiri dan menguburkannya bersama suaminya. Ia juga membunuh lebih dari seratus pejabat untuk sang raja.
Selama dinasti Yuan yang dipimpin Mongol, musafir Venesia Marco Polo mengeklaim bahwa siapa pun yang melihat prosesi pemakaman Genghis Khan harus dibunuh.
Baca Juga: 8.000 Prajurit Terakota: para Penjaga Kaisar Qin Shi Huang di Akhirat
Baca Juga: Kisah Kaisar Qin Shi Huang, si Pencari Keabadian yang Bernasib Tragis
Baca Juga: Tidak Terkalahkan, Kaisar Qin Shi Huangdi Membentuk Tiongkok Bersatu
Baca Juga: Alih-Alih Ribuan Harem, Kaisar Tiongkok Ini Hanya Memiliki Satu Istri
Yuan, yang diperintah oleh keturunan Jenghis Khan, tampaknya mendorong xunzang di antara masyarakat umum sebagai tindakan kesetiaan dan rasa hormat. Dalam The History of Yuan, dikatakan bahwa setelah seorang istri di daerah Hezhong di provinsi Daning mempersembahkan kurban dirinya untuk suaminya yang sudah meninggal. “Seluruh keluarganya mendapat pujian dari pemerintah saat itu,” Jiuhua menambahkan lagi.
Hal-hal tidak membaik di dinasti Ming yang dikuasai Han, setidaknya tidak pada awalnya. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sekitar 100 selir kekaisaran dibunuh sebagai xunzang untuk lima kaisar Ming awal.
Tetapi perubahan yang lebih manusiawi datang dari sumber yang tidak terduga pada masa pemerintahan Kaisar Yingzong. Ia dicap sebagai kaisar Ming keenam yang terkenal tidak kompeten yang dikenal karena dipenjarakan oleh saingan Mongol dan membunuh pejabat jujur Yu. Kaisar yang tidak layak ini menebus kesalahannya sebelum meninggal pada tahun 1464. Ia memberi perintah terakhirnya: menghapus praktik penguburan selir kekaisaran dan pelayan istana.
Meskipun bangsawan Manchu juga mempraktikkan xunzang pada tahun-tahun awal dinasti Qing berikutnya, Kaisar Kangxi secara tegas melarang tindakan tersebut pada tahun 1673. Para menteri kaisar menasihatinya bahwa adat tradisional Manchu kejam dan tidak adil. Sejak itu, praktik brutal menghilang dari catatan sejarah.
Source | : | The World of Chinese |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR