Menurut catatan sejarah, ketika Yelü Abaoji, kaisar pendiri dinasti Liao, meninggal, permaisuri Shulü Ping mengajukan diri untuk dibunuh bersamanya. Tetapi permaisuri bertanggung jawab atas banyak urusan negara, sehingga para pejabat meyakinkannya untuk tetap hidup. Maka, permaisuri memotong tangan kanannya sendiri dan menguburkannya bersama suaminya. Ia juga membunuh lebih dari seratus pejabat untuk sang raja.
Selama dinasti Yuan yang dipimpin Mongol, musafir Venesia Marco Polo mengeklaim bahwa siapa pun yang melihat prosesi pemakaman Genghis Khan harus dibunuh.
Baca Juga: 8.000 Prajurit Terakota: para Penjaga Kaisar Qin Shi Huang di Akhirat
Baca Juga: Kisah Kaisar Qin Shi Huang, si Pencari Keabadian yang Bernasib Tragis
Baca Juga: Tidak Terkalahkan, Kaisar Qin Shi Huangdi Membentuk Tiongkok Bersatu
Baca Juga: Alih-Alih Ribuan Harem, Kaisar Tiongkok Ini Hanya Memiliki Satu Istri
Yuan, yang diperintah oleh keturunan Jenghis Khan, tampaknya mendorong xunzang di antara masyarakat umum sebagai tindakan kesetiaan dan rasa hormat. Dalam The History of Yuan, dikatakan bahwa setelah seorang istri di daerah Hezhong di provinsi Daning mempersembahkan kurban dirinya untuk suaminya yang sudah meninggal. “Seluruh keluarganya mendapat pujian dari pemerintah saat itu,” Jiuhua menambahkan lagi.
Hal-hal tidak membaik di dinasti Ming yang dikuasai Han, setidaknya tidak pada awalnya. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sekitar 100 selir kekaisaran dibunuh sebagai xunzang untuk lima kaisar Ming awal.
Tetapi perubahan yang lebih manusiawi datang dari sumber yang tidak terduga pada masa pemerintahan Kaisar Yingzong. Ia dicap sebagai kaisar Ming keenam yang terkenal tidak kompeten yang dikenal karena dipenjarakan oleh saingan Mongol dan membunuh pejabat jujur Yu. Kaisar yang tidak layak ini menebus kesalahannya sebelum meninggal pada tahun 1464. Ia memberi perintah terakhirnya: menghapus praktik penguburan selir kekaisaran dan pelayan istana.
Meskipun bangsawan Manchu juga mempraktikkan xunzang pada tahun-tahun awal dinasti Qing berikutnya, Kaisar Kangxi secara tegas melarang tindakan tersebut pada tahun 1673. Para menteri kaisar menasihatinya bahwa adat tradisional Manchu kejam dan tidak adil. Sejak itu, praktik brutal menghilang dari catatan sejarah.
Source | : | The World of Chinese |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR