“Hasil kami benar-benar mengejutkan, awalnya kami tidak mempelajari efek jenis kelamin atau usia,” kata peneliti utama Associate Professor Petr Matous, dari School of Project Management dan John Grill Institute for Project Leadership.
“Tapi apa yang telah ditunjukkan oleh hasil kami adalah sesuatu yang sering dikomentari secara anekdot di banyak pengaturan lainnya," katanya.
"Dari pertanian dan konstruksi hingga perbankan dan politik, pria yang lebih tua sering dianggap sebagai yang paling berpengaruh dalam jaringan mereka, namun dalam penelitian kami, mereka tidak memiliki pengaruh terbesar."
Studi tersebut menemukan bahwa tidak selalu mereka yang memiliki jumlah koneksi sosial terbesar yang dapat memicu difusi perubahan berskala besar.
Meskipun studi tersebut menemukan bahwa perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk diidentifikasi oleh jaringan mereka sebagai pemimpin opini, rekomendasi mereka sering mengarah pada tindakan nyata.
“Di Indonesia, pertanian sangat gender. Beberapa perempuan menempati peran penting dalam kelompok tani lokal," katanya.
"Banyak di antaranya adalah organisasi berbasis masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan penduduk lokal dan yang seringkali menyalurkan dukungan dari pemerintah dan organisasi internasional.”
Survei dan eksperimen jejaring sosial diselenggarakan oleh Swisscontact, sebuah organisasi nirlaba independen yang telah melatih petani kakao untuk meningkatkan keterampilan produksi mereka di seluruh Indonesia demi manfaat lingkungan dan hasil panen yang andal.
Swisscontact memetakan ikatan informasi informal petani untuk memahami kontak utama dalam menyebarkan teknologi baru.
Baca Juga: Bias Gender Menghalangi Laki-Laki pada Beberapa Jalur Karier
Baca Juga: Senjakala Bissu Bugis, Akibat Purifikasi Agama dan Komersialisasi?
Source | : | University of Sydney |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR