Dalam beberapa tahun terakhir, instrumen 4D STEM, seperti yang ada di Molecular Foundry Berkeley Lab, telah mendorong batas-batas mikroskop elektron lebih jauh lagi.
Hal itu memungkinkan para ilmuwan untuk memetakan atom atau daerah molekuler dalam berbagai bahan, dari kaca logam keras hingga film lunak dan fleksibel.
Di sisi lain, sinar-X lunak (atau berenergi rendah) berguna untuk mengidentifikasi dan melacak reaksi kimia secara waktu nyata di operando, atau lingkungan dunia nyata.
Tapi sekarang, para ilmuwan bisa mendapatkan yang terbaik dari kedua dunia. Inti dari teknik baru ini adalah pemegang sampel "sel cair" elektrokimia dengan keserbagunaan yang luar biasa.
Seribu kali lebih tipis dari rambut manusia, perangkat ini kompatibel dengan instrumen STEM dan sinar-X.
Selama eksperimen 4D-STEM, Yao Yang dan timnya menggunakan sel cair elektrokimia baru untuk mengamati nanopartikel tembaga berukuran mulai dari 7 nanometer hingga 18 nanometer. Lapisan tersebut berevolusi menjadi butiran nano aktif selama elektrolisis karbon dioksida.
Selama elektrolisis CO2, nanopartikel tembaga mengubah strukturnya selama proses yang disebut "perebutan elektrokimia".
Baca Juga: Peneliti Berhasil Memisahkan Air Laut untuk Hasilkan Hidrogen 'Hijau'
Baca Juga: Seperti Apa Kebijakan Dekarbonisasi untuk Menghadapi Krisis Iklim?
Baca Juga: Negara-Negara Kaya Patungan untuk Sapih Indonesia dari Batu Bara
Baca Juga: 'Baterai Pasir' Raksasa, Solusi Murah untuk Simpan Energi Terbarukan
Source | : | Nature,Lawrence Berkeley National Laboratory |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR