"Lapisan oksida permukaan nanopartikel tembaga terdegradasi, menciptakan situs terbuka pada permukaan tembaga untuk melekatkan molekul CO2," jelas Peidong Yang.
Dan saat CO2 "berlabuh" atau berikatan dengan permukaan nanograin tembaga, elektron kemudian ditransfer ke CO2, menyebabkan reaksi yang secara bersamaan menghasilkan etilen, etanol, dan propanol bersama dengan produk multikarbon lainnya.
"Nanograins tembaga pada dasarnya berubah menjadi pabrik manufaktur kimia kecil," kata Yao Yang.
Nanograin tembaga berpotensi meningkatkan efisiensi energi dan produktivitas beberapa katalis yang dirancang untuk fotosintesis buatan, bidang penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan bahan bakar surya dari sinar matahari, air, dan CO2.
Di masa akan datang, para peneliti berencana untuk menggunakan katalis nanograin tembaga dalam desain perangkat bahan bakar surya di masa depan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Nature,Lawrence Berkeley National Laboratory |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR