Nationalgeographic.co.id—Sultan Suleiman yang dikenal di dunia Barat sebagai Suleiman yang Agung dan di Kekaisaran Ottoman sebagai Pemberi Hukum, adalah salah satu penguasa paling sukses dalam sejarah kekaisaran tersebut.
Selama pemerintahan Suleiman, Kesultanan Utsmaniyah berada di puncak kemakmuran ekonomi, militer, dan politiknya. Masa kemakmuran ini tidak lepas juga dari peran perempuan saat mereka naik ke pengaruh yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perempuan memainkan peran penting dalam kehidupan Suleiman. Ibunya, Hafsa Sultan, adalah pengaruh terbesar di bagian pertama pemerintahannya. Adapun Hurrem memengaruhi urusan pribadi dan politik Suleiman.
Sudah menjadi tradisi bagi sultan untuk memelihara harem wanita agar memiliki banyak pasangan. Dengan cara ini, sultan akan tetap senetral mungkin dan tidak dipengaruhi oleh satu wanita pun.
Meskipun harem Suleiman terdiri atas 17 wanita, dan hanya dua di antaranya yang merupakan selir, satu wanita secara khusus berhasil memberikan pengaruh besar dalam hidupnya, yakni Hurrem. Suleiman bahkan melanggar tradisi dan menikahinya.
Dengan menikahi Hurrem, dia melanggar tradisi Ottoman. Pernikahan ini juga menganugerahkan status tinggi kepada Hurrem sehingga dia hampir setara dengan sultan.
"Oleh karena itu, tidak heran jika wanita di dalam istana kekaisaran Istanbul berhasil naik ke tampuk kekuasaan pada masa pemerintahan Suleiman," tulis Anisia Iacob di The Collector. Iacob adalah lulusan master sejarah dari Leiden University.
Hafsa
Di antara para wanita istana kekaisaran, ibunda sultan memegang kekuasaan dan pengaruh luar biasa dengan gelar Valide Sultan. Gelar ini dipegang oleh ibu dari seorang sultan yang berkuasa di Kesultanan Utsmaniyah, dan pertama kali digunakan oleh Hafsa Sultan, permaisuri Selim I dan ibu dari Suleiman.
Dalam kasus-kasus khusus, nenek dan ibu tiri dari sultan yang sedang berkuasa juga dapat menggunakan gelar ini.
Posisi ini sangat menonjolkan peran perempuan pada masa Kesultanan Wanita karena merupakan posisi terpenting kedua di Kesultanan Utsmaniyah, kedua setelah Sultan.
Valide memiliki pengaruh besar pada urusan kekaisaran, pengadilan, dan staf kekaisaran. Dia juga memiliki sumber daya ekonomi yang berlimpah yang memungkinkan dia untuk memulai proyek arsitektur yang besar.
Valide Sultan sering terlibat dalam proyek amal, membangun rumah sakit untuk warga sipil, dan juga pelindung seni. Hal ini menunjukkan bahwa peran perempuan di kekaisaran juga meluas ke ranah sosial.
Hurrem
Sebagai salah satu dari dua permaisuri Suleiman, Hurrem diyakini sebagai tawanan Ruthenia yang dibawa ke harem sultan. Harem adalah tempat yang disediakan untuk istri, selir, dan pelayan wanita sultan.
Setelah menarik perhatian Suleiman, Hurrem terus naik ke tampuk kekuasaan dengan menjadi favorit sultan, permaisuri utamanya, dan kemudian menjadi istri.
Khususnya, dia adalah wanita pertama dalam sejarah Kekaisaran Ottoman yang ikut campur dalam urusan negara dan juga yang pertama bernama Haseki Sultan.
Haseki Sultan adalah sebutan untuk istri sultan di periode Kesultanan Wanita. Kesultanan Wanita adalah periode saat wanita ikut memerintah dan memengaruhi kebijakan di Kekaisaran Ottoman.
Baca Juga: Kemunculan dan Runtuhnya Janissari, Pasukan Elite Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Mati-matian Kekaisaran Ottoman Melindungi Pengungsi dari Kejaran Musuh
Baca Juga: Kisah Ibrahim Kekaisaran Ottoman, Gila Wanita Punya Ratusan Selir
Kasus Hurrem Sultan mungkin yang paling menggambarkan peran perempuan dan kekuasaan mereka selama Kesultanan Wanita. Dalam urusan rumah tangga, dia bersaing dengan permaisuri lainnya, Mahidevran, yang putranya adalah pewaris pertama takhta kekaisaran.
Namun, Hurrem bertindak sebagai penasihat Suleiman dan memiliki pengaruh besar dalam kebijakan luar negeri dan politik internasional. Selain dalam politik, dia sangat terlibat dalam pekerjaan amal melalui gedung-gedung publik yang dia perintahkan.
Dia sangat peduli dengan orang miskin dan sering memberikan sedekah dengan murah hati. Dalam hal ini, pengaruhnya berlipat ganda karena memengaruhi lingkungan kekaisaran melalui politik dan masyarakat melalui amalnya.
Mihrimar
Mihrimar, putri Hurrem dan Suleiman, adalah putri paling berkuasa dalam sejarah Kesultanan Utsmaniyah dan tokoh utama Kesultanan Wanita.
Sebagai putri kesayangan Suleiman, Mihrimar menikah dengan Rustem Pasha, yang kemudian menjadi Wazir Agung Sultan, memegang posisi tertinggi di dewan penasehat.
Sebagai putri sultan dan istri Wazir Agung, Mihrimar memperoleh kekuatan dan pengaruh yang besar. Setelah kematian ibunya, dia menjadi penasihat dan penasihat Suleiman, orang kepercayaan, dan kerabat terdekat.
Dia juga menangani urusan luar negeri karena dia sangat populer dan terkenal baik di Timur maupun di Barat karena sering bepergian. Perlu dicatat bahwa dia sering menemani ayahnya dalam kampanye militer, sehingga memainkan peran aktif dalam pemerintahan Kekaisaran yang efektif.
Sama seperti ibunya, Hurrem, Mihrimar terlibat dalam proyek amal. Dia mensponsori pembangunan kompleks masjid yang kemudian akan dia dedikasikan untuk ayahnya.
Mihrimar Sultan memainkan peran unik selama Kesultanan Wanita karena dia tidak naik ke tampuk kekuasaan dengan menjadi istri sultan, tetapi melalui garis keturunan kerajaan langsung. Hidupnya membantu dalam pemahaman lebih lanjut tentang peran wanita selama periode Kekaisaran Ottoman ini.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR