Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari University of Helsinki menunjukkan bahwa masalah kotak pasir atau litter box pada kucing terkait erat dengan kepribadian, ras dan usia. Mereka mengidentifikasi beberapa hubungan antara berbagai faktor risiko dan masalah kotak pasir.
Temuan mereka tersebut telah dipublikasikan di jurnal American Veterinary Medical Association dengan judul "Feline litter box issues associate with cat personality, breed, and age at sterilization."
Menurut mereka, mengidentifikasi serangkaian faktor risiko memungkinkan untuk memodifikasi kondisi di lingkungan kucing, sehingga mencegah dan mengurangi masalah kotak pasir.
Kucing adalah hewan peliharaan yang umum dan dicintai. Masalah kotak pasir adalah salah satu tantangan paling umum yang terkait dengan kucing. Akibat kucing buang kotoran tidak di kotak pasir, seringkali menjadi masalah berlarut-larut.
Kucing dapat, misalnya, buang air kecil atau buang air besar di luar kotak pasir, di tempat -tempat yang tidak diinginkan untuk pemilik.
“Kami ingin menyelidiki masalah kotak pasir kucing, karena mereka umum dan hal ini tidak diinginkan, menjadi masalah bagi pemilik kucing," kata peneliti.
Peneliti doktoral Salla Mikkola dari University of Helsinki dan Pusat Penelitian Folkhälsan mengatakan, bahwa infeksi saluran kemih dan masalah kesehatan lainnya dapat mendasari perilaku seperti itu.
"Itulah sebabnya langkah pertama adalah membawa kucing ke spesialis hewan,” katanya.
Kemudian, stres kucing adalah faktor risiko lain yang signifikan, yang dapat disebabkan, misalnya, oleh hewan peliharaan lain dalam rumah tangga, tidak adanya rangsangan atau, di sisi lain, perubahan berulang di lingkungan.
Selain itu, kucing dapat menemukan substrat yang digunakan dalam kotak litter atau kotak itu sendiri tidak menyenangkan, kucing merasa lebih bebas di tempat lain.
Kucing juga dapat belajar mengaitkan rasa sakit saat buang air kecil, terkait dengan penyakit yang sebelumnya diobati, dengan kotak pasir itu sendiri, membuat mereka menghindari menggunakannya.
Masalah kotak pasir sangat umum pada kucing yang tidak disterilkan, yang dapat menggunakan urin juga untuk meninggalkan tanda untuk kucing lain. Masalah kotak pasir juga lebih umum pada kucing yang ketakutan.
Studi ini menggunakan dataset survei yang mencakup lebih dari 4.000 kucing yang sebelumnya dikumpulkan oleh kelompok penelitian, yang mencakup informasi luas tentang kepribadian, latar belakang, kesehatan, dan lingkungan saat ini.
Dua ciri perilaku yang terkait dengan penggunaan kotak pasir diidentifikasi dalam dataset. Studi ini menyelidiki hubungan antara 34 variabel, termasuk berbagai faktor lingkungan dan sifat kepribadian, dan dua sifat perilaku yang disebutkan.
“Kepribadian kucing membuat perbedaan, karena ketakutan dikaitkan dengan kedua sifat perilaku yang tidak diinginkan," kata peneliti.
Masalah paling sedikit terjadi pada kucing yang disterilkan di bawah usia empat bulan, sedangkan jumlah tertinggi terjadi pada kucing yang tidak terterilkan dan jantan.
Kucing yang lebih tua yang tinggal di keluarga dengan anak-anak adalah lebih mungkin bermasalah dengan kotak pasir mereka.
Dari antara faktor -faktor lain, aktivitas/permainan, sosialisasi terhadap kucing, masalah trah atau keturunan dan saluran kemih juga signifikan secara statistik.
"Dalam hal ras yang berbeda, kucing Bengal memiliki masalah paling banyak, sementara kucing Siberia dan Neva Masquerade memiliki paling sedikit,” kata Profesor Hannes Lohi.
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Kucing Suka Berlarian Tanpa Alasan yang Jelas?
Baca Juga: Dunia Hewan: Kucing Serang Australia, Apakah Ia Akan Menguasai Dunia?
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Kucing Suka Membangunkan Pemiliknya di Pagi Buta?
Baca Juga: Dunia Hewan: Kucing Bukan Tidak Setia, Ia Hanya Tidak Punya Kompetensi
Kucing dengan sosialisasi tinggi terhadap kucing lain memiliki masalah lebih sedikit daripada kucing yang kurang bergaul.
Para peneliti berspekulasi bahwa skor tinggi untuk sosiabilitas mencerminkan kemampuan kucing untuk hidup bersama dengan kucing lain di rumah tangga, mengurangi kemungkinan stres yang disebabkan oleh kucing lain dan, akibatnya, masalah kotak pasir.
“Karena sifat data, kausalitas langsung tidak dapat ditetapkan berdasarkan hasilnya, tetapi tampaknya masalah sudah dapat dicegah ketika memilih individu yang tidak ketakutan dan lebih sosial," katanya.
"Kemungkinan masalah kotak pasir dapat dikurangi juga dengan menjaga agar kotak pasir tetap bersih dan memastikan bahwa semua kucing dalam rumah tangga memiliki kotak pasir mereka sendiri,” kata Mikkola dalam ringkasan hasilnya.
Source | : | American Veterinary Medical Association,University of Helsinki |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR