"Perubahan hutan menjadi ruang agraris dan ladang-ladang perkebunan pun dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sektor pemerintahan," ujarnya.
Ia juga berkisah tentang pembangunan taman dan pesanggrahan semasa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana II yang takhta pertamanya pada periode 1792-1812.
Sultan Kedua dikenal sebagai raja yang membangun banyak pesanggrahan dan taman, setidaknya terdapat 13 situs, salah satunya Taman Sari.
"Taman Sari menjadi potret pesanggrahan yang memukau," ujarnya. "Di taman tersebut ditanami vegetasi khusus seperti kenanga, lada, pinang, kemukus, sirih, manggis, duku, rambutan, hingga durian. Taman ini juga disebut kebun dapur dan taman bunga pada masanya."
Pekarangan Taman Sari juga ditanami pohon-pohon kepel, yang bernama ilmiah Stelechocarpus burahol. Kabarnya, putri-putri keraton menyantap buah kepel untuk mengharumkan aroma keringat tubuh, bahkan mengurangi bau air seni. Kecantikan paripurna putri-putri keraton.
Ragam puspa juga telah menginspirasi beberapa toponimi di dalam tembok keraton, seperti Kampung Ngasem yang berkait pohon asem, Kampung Sawojajar yang berkait pohon sawo, atau Kemandungan Lor yang kerap dijuluki 'Plataran Keben' karena ditumbuhi banyak pohon keben.
Tanaman dan makna simbolisnya
Selain untuk menciptakan ruang terbuka dan taman nan asri, ragam puspa di Keraton Yogyakarta juga memiliki peran sebagai media pesan makna kehidupan dalam bingkai sumbu filosofis kota.
"Perihal terpenting dalam membaca vegetasi di keraton adalah menempatkannya dalam ruang-ruang khusus," ujar GKR Bendara. "Dalam sumbu filosofi, Pangeran Mangkubumi memilih vegetasi khusus untuk mendukung falsafah sangkan paraning dumadi"—awal dan akhir penciptaan manusia atau alam semesta.
Dia memberikan contoh beberapa tanaman menjadi vegetasi yang mengisi sumbu filosofi seperti pohon tanjung, asem, gayam, pelem, dan beringin. Pohon beringin (Ficus benjamina) ditanam di kawasan Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan, jumlahnya mencapai puluhan. Bahkan beberapa pohon beringin itu memiliki nama. Beringin yang rindang dan kokoh memiliki simbol raja yang mengayomi rakyatnya.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR