Baca Juga: Apakah Selir Kaisar Tiongkok Cixi Merupakan Pelopor Gerakan Feminisme?
Baca Juga: Mengapa Puyi, Kaisar Terakhir Tiongkok, Melepaskan Takhtanya?
Baca Juga: Kisah Revolusi 1911 yang Meluluhlantakkan Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Ketika Kuku Panjang Menjadi Simbol Status di Zaman Kekaisaran Tiongkok
“Dia memiliki gaya hidup yang mahal dan Kekaisaran Tiongkok sedang mengalami bencana demi bencana,” tulis Perlez. Maka tidak heran jika banyak yang membencinya.
Bila Anda berkunjung ke toko suvenir, tidak ada gambar Cixi. Yang ada hanya beberapa potong sutra merah muda yang dihiasi kaligrafinya. Bahkan koin peringatan dengan potret Mao Zedong, gelang murah, teko teh, dan kipas tangan lebih mudah dijual daripada foto Cixi.
Konon tidak banyak yang menyukainya. Dalam sejarah, ia memiliki citra buruk dan itu akhirnya berpengaruh pada penjualan suvenir.
Benarkah Cixi seorang feminis?
Dalam dekade terakhir hidupnya, Cixi mencoba memoles citranya dengan membuat dirinya lebih mudah diakses, terutama oleh para diplomat Barat. Tetapi pada akhirnya, dia hampir tidak dapat mengatasi kesan bahwa ia lebih tertarik pada anjingnya, berkebun dan pakaian mewah, tulis Sterling Seagrave dalam biografinya Dragon Lady.
Di tahun-tahun terakhirnya, dia dikenal sebagai “Buddha tua”. Alih-alih sebagai pelopor gerakan feminisme di Tiongkok, Cixi dianggap membawa Dinasti Qing yang sudah bobrok menuju kehancuran. Tidak memberi contoh bagi wanita Tionghoa modern, politik Tiongkok tetap didominasi oleh kaum pria, sama seperti ribuan tahun yang lalu.
Source | : | New York Times |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR