Pulcinella merepresentasi karakter klasik yang kemudian populer dari commedia dell'arte abad ke-17 dan menjadi karakter dalam boneka Neapolitan. Penampilan visualnya meliputi punggung bungkuk, hidung bengkok, kaki kurus, perut gendut, pipi besar, dan mulut raksasa.
Fraktur hidung dalam struktur bentuk topengnya, bisa panjang dan melengkung, atau bisa lebih pendek. Tapi bagaimanapun juga, hidungnya menyerupai paruh burung. Seringkali ada kutil di suatu tempat di wajahnya, biasanya di dahi atau hidung.
Karakteristik khusus ini, bersama dengan suara pemerannya yang melengking, membuat wajah topeng ini lebih mirip dengan burung belibis hitam. Dari mana kata "polleciniello" (dalam dialek Neapolitan) yang memiliki arti burung belibis hitam.
Seperti yang diketahui semua orang Neapolitan, Pulcinella mewakili karakteristik pria sederhana yang mencoba menghadapi semua masalahnya dengan senyuman.
Pulcinella mewakili karakter yang mewarisi semua simbol dan makna dunia rakyat kelas atas dan kelas bawah seperti petani, sehingga membawa pengaruh ke banyak adegan teater Italia.
Baca Juga: Misteri Topeng Kematian Raja Tutankhamun, Benarkah Membawa Kutukan?
Baca Juga: Penampakan Topeng Besi Kavaleri Romawi yang Dipakai 1.800 Tahun Lalu
Baca Juga: Jejak Budaya Panji dalam Topeng dan Cerita Lisan Kalimantan Selatan
Baca Juga: Kelana Budaya Panji yang Melintasi Bentuk, Tempat, dan Waktu
Seterusnya, repertoar yang penuh dengan gerakan, gerak tubuh, akrobat, tarian khas, menjadi bagian dari teater yang menggambarkan warisan budaya dan ritual gerakan Neapolitan.
Digambarkan bahwa pria itu selalu bertentangan dengan dirinya sendiri, karena tidak begitu jelas pribadi yang muncul dalam personanya. Namun, ia selalu mengolok-olok yang berkuasa dan menjadi pribadi yang pintar.
Pierre Louis Duchartre dalam bukunya The Italian Comedy (1996) menyebut bahwa personanya terkadang menggambarkan dirinya sebagai seorang tukang roti, pemilik penginapan, petani, pencuri dan penjual ramuan ajaib, dia pengganggu atau pengecut.
Source | : | Visit Naples |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR