Faktor-faktor ini dan lainnya pada prinsipnya dapat membuat orang lebih mudah mengatakan "Tidak" untuk permintaan kecil, tetapi ini bukan yang kami temukan.
Interaksi di antara keluarga atau non-keluarga tidak berdampak pada frekuensi permintaan kecil, maupun pada tingkat pemenuhan atau kerelaan.
Hal ini begitu mengejutkan mengingat teori-teori mapan yang memprediksi bahwa keterkaitan antar individu seharunya meningkatkan frekuensi dan tingkat pembagian/kerja sama sumber daya.
Orang-orang terkadang menolak atau mengabaikan permintaan kecil, tetapi jauh lebih jarang daripada yang mereka penuhi. Tingkat rata-rata penolakan (10%) dan pengabaian (11%) jauh lebih rendah daripada tingkat pemenuhan rata-rata (79%).
Masyarakat dari beberapa budaya (misalnya, penutur bahasa Murrinhpatha di Australia utara) mengabaikan permintaan kecil lebih dari yang lain, tetapi hanya sekitar seperempat dari waktu (26%).
Toleransi yang relatif lebih tinggi untuk mengabaikan permintaan kecil mungkin merupakan solusi yang berkembang secara budaya untuk menghadapi "omong kosong"—tekanan untuk memenuhi permintaan barang dan jasa yang terus-menerus.
Meski begitu, penutur Murrinhpatha secara teratur memenuhi permintaan kecil (64%) dan jarang menolaknya (10%).
Jadi, kebaikan tampaknya tetap berlaku universal. Dari mana pun kita berasal, tampaknya diri kita akan cenderung membantu orang lain.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Scientific Reports,University of Sydney |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR