Studi tersebut, mendokumentasikan keragaman neuroptera dari periode Kapur hingga saat ini. Untuk pertama kalinya, analisis statistik mendukung pandangan para ilmuwan tentang serangga ini sepanjang sejarah evolusi.
Namun bagaimana kita mengukur dan membandingkan keanekaragaman hayati serangga selama proses evolusi?
Paling-paling, kita hanya dapat menggambarkan gambaran yang tidak lengkap dari sebagian kecil keanekaragaman hayati yang ada di ekosistem masa lalu, karena fosil serangga sangatlah langka.
Dan meskipun Jurassic Park mungkin telah memupuk ekspektasi sebaliknya, DNA untuk digunakan dalam analisis keterkaitan tidak dapat lagi diekstraksi dari creepie-crawlies yang terbungkus damar selama periode Kapur.
Neuroptera adalah serangga holometabolik yang larvanya sangat berbeda dalam hal penampilan dan gaya hidup dari serangga dewasa. Sementara banyak bunga neuroptera menyerbuki setelah metamorfosis, larva mereka sering kali merupakan predator yang ganas—seperti yang terlihat dari mulutnya yang sangat mirip stilet. Justru bagian mulut larva inilah yang menjadi fokus perhatian para peneliti.
"Sayangnya, fase larva sering diabaikan dalam analisis semacam itu," kata Joachim Haug. "Namun, larva khususnya sering menampilkan atribut morfologis yang dapat kita gunakan sebagai basis data yang sangat informatif."
Baca Juga: Penemuan Kecoak Metalik yang Selamat dari Kepunahan Massal Dinosaurus
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Spesies Serangga Pencinta Panas Kian Meningkat
Baca Juga: Sejak Peristiwa Terbentuknya Bumi, Inilah Makhluk Tertua di Daratan
Ide dasarnya sederhana: Bentuk yang berbeda merupakan penanda keanekaragaman hayati.
Semakin banyak bentuk kepala dan stilet yang terjadi pada larva neuroptera, semakin banyak fungsi ekologis yang diasumsikan oleh makhluk ini.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR