Nationalgeographic.co.id—Bagi yang mengikuti kisah-kisah dari laman kami, Anda akan teringat dengan Mansa Musa (Musa Keita). Dia dikenal sebagai orang kaya sedunia dan raja dari Kekaisaran Mali yang menjabat 25 tahun lamanya (1312—1337).
Kekaisaran Mali berdiri selama abad ke-13 hingga ke-17, dan mendominasi Afrika barat. Wilayah kekuasaannya bahkan melebihi luasan Eropa barat yang saat itu sudah terpecah-pecah menjadi berbagai kerajaan usai jatuhnya Romawi.
Tampaknya, kekayaan Mansa Musa mungkin disebabkan makmurnya Kekaisaran Mali saat itu. Kekaisaran ini, pada masa puncak kekuasaannya, punya sistem militer dan politik canggih, terutama untuk wilayahnya yang luas.
Kekaisaran Mali didirikan oleh Sundiata Keita (Mari Djata I) yang dijuluki sebagai 'singa lapar'. Dia seorang panglima tangguh di medan perang dan juga lihai sebagai seorang pejabat negara. Dalam Epos Sundiata, Sundiata pernah menugaskan majelis bangsawan untuk membuat konstitusi pertama Kekaisaran.
Konsititusi ini disebut sebagai Kouroukan Fouga. Di bawah konstitusi, Majelis Besar yang disebut sebagai Gbara menjadi lembaga pemusyawaratan Kekaisaran Mali. Bentuknya seperti lembaga legislatif dalam konsep politik modern.
Sebelumnya, ketika hendak mendirikan Kekaisaran Mali, Sundiata Keita berhasil mempersatukan bangsa Manding. Dia pun memimpin pemberintakan melawan Kekaisaran Sosso—kerajaan di pesisir barat Afrika, tepatnya di Ghana. Pemberontakan berlangsung sekitar tahun 1234 di Kaniaga (salah satu kota yang sekarang ada di Mali).
Pemberontakan ini berlangsung dalam Pertempuran Kirina yang mengakhiri Kekaisaran Sosso, sekaligus mengawali Kekaisaran Mali.
Untuk menciptakan tatanan politik yang kuat, Sundiata melibatkan banyak pihak di Kekaisaran Mali. Di dalam lembaga permusyawaratan di Kekaisaran Mali, berbagai klan di bawah pemerintahannya memiliki perwakilan. Permusyawaratan ini memberi pertimbangan kepada raja untuk menghadapi permasalahan negara.
Dengan kata lain, Kekaisaran Mali yang didirkan Sundiata Keita bukan monarki aboslut, tetapi monarki konstitusional. Pemikiran ini lebih maju daripada konsep politik serupa yang baru tercetuskan pada abad ke-18 di Eropa.
Meski demikian, Sundiata tidak memperkirakan bahwa pada masa selanjutnya, Kekaisaran Mali akan sangat luas. Pada masa pemerintahannya, Mali belum berbentuk kerajaan besar.
Berbagai raja penerus, terutama satu abad setelahnya, Kekaisaran Mali memperluas kekuasaannya ke negeri-negeri tetangga dan berbagai bangsa. kekuasaannya termasuk ke Bamana, Tuarge, dan Wolof yang kemudian di bawah kekuasaan Kekaisaran Mali.
Kekaisaran Mali bertumpu pada perekonomiannya. Perdagangan ekspor mereka terus bertumbuh signifikan sejak Sundiata. Komoditas terpenting Kekaisaran Mali antara lain emas, garam, dan tembaga. Rute perdagangan ke berbagai negeri di Afrika pun terbentuk dengan jelas pada masa ini.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR