Prediksi pemanasan troposfer dan pendinginan stratosfer sebagai respons terhadap peningkatan CO2 telah dikonfirmasi berkali-kali oleh model yang lebih kompleks dan diverifikasi dengan membandingkan hasil model dengan pengamatan suhu rata-rata atmosfer global dari balon cuaca dan satelit.
Meskipun studi sebelumnya ini mempertimbangkan perubahan suhu rata-rata global di stratosfer tengah dan atas, kira-kira 25 hingga 50 kilometer di atas permukaan bumi, mereka tidak melihat pola detail perubahan iklim di lapisan ini.
Saat ini, wilayah tersebut dapat dipelajari dengan lebih baik karena peningkatan simulasi dan data satelit. Penelitian baru ini adalah yang pertama mencari pola perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia - juga disebut "sidik jari" - di stratosfer tengah dan atas.
“Sidik jari manusia dalam perubahan suhu di stratosfer tengah ke atas karena peningkatan CO2 benar-benar luar biasa. Sebab begitu besar dan sangat berbeda dari perubahan suhu di sana karena variabilitas internal dan kekuatan eksternal alami. Sidik jari unik ini memungkinkan untuk mendeteksi dampak manusia terhadap perubahan iklim akibat CO2 dalam waktu singkat (~10 - 15 tahun) dengan tingkat kepercayaan yang tinggi," kata rekan penulis Qiang Fu, seorang profesor di Departemen Ilmu Atmosfer di Universitas Washington.
Baca Juga: Awan Gelap di Cakrawala, Karbon Hitam dan Dampak Perubahan Iklim
Baca Juga: NASA Menemukan Penyebab Pencairan Es yang Cepat dan Masif di Greenland
Baca Juga: Apa Itu El Nino & Bagaimana Mekanisme Iklim Panas-Dingin Ini Bekerja?
Baca Juga: Apa yang Terjadi Bila Keringat Kita Tak Lagi Efektif Lawan Suhu Panas?
"Dunia telah terhuyung-huyung di bawah perubahan iklim, jadi percaya diri tentang peran karbon dioksida sangat penting," kata rekan penulis Susan Solomon, Martin Profesor Studi Lingkungan di Massachusetts Institute of Technology.
"Fakta bahwa pengamatan menunjukkan tidak hanya troposfer yang memanas tetapi juga stratosfer bagian atas yang sangat dingin adalah bukti unik yang menunjukkan peran dominan karbon dioksida dalam perubahan iklim dan sangat meningkatkan kepercayaan diri," tambahnya.
Santer mengatakan bahwa meskipun secara intelektual memuaskan untuk dapat memperluas sidik jari lebih tinggi ke atmosfer untuk menguji prediksi Manabe dan Wetherald, itu juga sangat memprihatinkan.
"Sebagai seseorang yang mencoba memahami jenis dunia yang akan dihuni oleh generasi mendatang, hasil ini membuat saya sangat khawatir. Kita secara fundamental mengubah struktur termal atmosfer Bumi, dan tidak ada kesenangan dalam mengenalinya," kata Santer.
“Studi ini menunjukkan bahwa dunia nyata telah berubah dengan cara yang tidak dapat dijelaskan oleh sebab-sebab alami,” pungkas Santer.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR