Air tanah tersebut terdapat di 1,2 mil (2 kilometer) bagian atas kerak bumi, yang cukup untuk menutupi tanah hingga kedalaman 590 kaki atau sekitar 180 meter.
Airnya banyak sekali, tetapi ada kota-kota yang tingginya ribuan kaki di atas permukaan laut, dan Gunung Everest, gunung tertinggi di Bumi, tingginya lebih dari 29.000 kaki (8.849 m) di atas permukaan laut. Selain itu, ahli geologi tidak melihat bukti sejarah banjir global dalam catatan batuan.
Kisah Alkitab memiliki bagian lain yang dipertanyakan. Misalnya, Nuh berusia 600 tahun ketika air bah mulai—kita tahu manusia tidak hidup selama itu—dan mereka hanya membawa sepasang-sepasang spesies.
Menurut para ahli, sebagian besar spesies tidak akan bertahan jika direduksi menjadi hanya dua hewan. Hal itu karena mereka tidak akan memiliki keragaman genetik yang cukup untuk menciptakan populasi yang layak.
Terlebih lagi, dalam sejarah banjir itu tidak jelas bagaimana setiap hewan dapat mencapai bahtera—bayangkan penguin berjalan terhuyung-huyung dari Antartika ke Timur Tengah.
Menurut dokumen sejarah, air bah Nuh menceritakan kembali kisah-kisah yang lebih tua, dan kemungkinan besar merupakan alegoris daripada menceritakan secara harfiah suatu peristiwa.
Ira Spar, profesor studi kuno di Ramapo College of New Jersey, mengatakan kepada Live Science bahwa kisah-kisah alkitabiah dalam Perjanjian Lama, yang ditulis antara 800 SM. dan 500 SM, kemungkinan berasal dari tradisi lisan yang lebih tua dan berbagai sumber.
Ada catatan yang sedikit berbeda tentang sejarah banjir Nuh di kitab-kitab agama lain, seperti di dalam Al-Qur'an, sementara versi awal dari bencana banjir berasal dari teks kuno Mesopotamia.
Spar mencatat bahwa ada kisah banjir Sumeria yang terekam dalam fragmen-fragmen yang berasal dari akhir milenium ketiga SM.
"Siapa yang tahu seberapa jauh ke belakang ceritanya?" kata Spar."
Jika kita menganggap sumber sejarah banjir Nuh sebagai banjir regional dan bukan banjir global, maka tidak terlalu mengada-ada. Montgomery menjelaskan bahwa beberapa banjir yang "masuk akal secara geologis" dapat terjadi yang menginspirasi cerita tersebut.
Source | : | Live Science,Science,Nature Geoscience |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR