Pada masanya dan berabad-abad setelahnya, Epicurus (sekitar 341-321 SM) sering dikritik oleh orang-orang yang meyakini bahwa "hedonisme" berarti pemanjaan terhadap kesenangan jasmani.
Namun, hedonisme Epicurean sebenarnya didasarkan pada kesederhanaan dan pengendalian diri. Epicurus percaya bahwa pemanjaan yang berlebihan akan menyebabkan rasa sakit.
Sebaliknya, ia dan para pengikutnya mengikuti pola makan sederhana dan tidak bercita-cita untuk mendapatkan kekayaan, ketenaran, atau harta benda yang berlebihan.
Jika seseorang mencoba mengikuti gaya hidup Epikurean saat ini, Anda mungkin akan lebih sering menemukannya duduk di taman yang sederhana alih-alih restoran mewah.
Bagi Epikuros, menghindari rasa sakit fisik dan mental adalah kuncinya. Ia juga berfokus untuk menghilangkan ketakutan dan keinginan yang tidak perlu.
Sam menjelaskan, Epikurean justru menemukan kesenangan dari persahabatan yang kuat, pembelajaran, dan kenangan indah.
Beberapa orang mungkin mengira bahwa hedonis adalah orang yang egois. Berbeda dengan Epicurus, ia membangun sekolah dan tempat tinggal komunal, berbagi semua yang ia miliki dengan sekelompok murid.
Dan karena Epikureanisme bertujuan untuk menghilangkan keinginan yang tidak perlu, Epicurean sejati tidak mengambil lebih dari apa yang mereka butuhkan atau bertindak atas dasar keserakahan.
“Hedonisme Epicurean, dalam bentuk aslinya, adalah tentang keseimbangan dan kesenangan yang tentram.”
Hedonisme pada Abad Kedelapan Belas dan Kesembilan Belas
Secara garis besar, filosofi hedonisme menitikberatkan pada kesenangan atau kenikmatan. Namun, ada beberapa aliran hedonisme modern yang secara khusus berbeda dengan filosofi Epikureanisme.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR