Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru yang dipimpin Colorado State University menemukan, bahwa tupai tanah di kutub utara atau arktik telah mengubah pola hibernasi mereka. Studi jangka panjang yang unik tersebut, telah mengungkapkan munculnya respon biologis hewan terhadap perubahan iklim.
Temuan baru tersebut telah diterbitkan di jurnal Science belum lama ini. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dengan judul "Climate change is altering the physiology and phenology of an arctic hibernator" yang bisa didapatkan secara daring.
Dijelaskan, bahwa tupai tanah Kutub Utara unik di antara mamalia. Kemampuan tupai tanah Kutub Utara unik karena mampu menjaga tubuhnya agar tidak membeku, bahkan ketika suhu tubuh turun di bawah tanda termometer, tetap memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di iklim musim dingin yang ekstrem.
Penelitian baru yang dipublikasikan di Science ini, telah menganalisis data iklim dan biologi selama lebih dari 25 tahun. Temuan tersebut meliputi periode hibernasi yang lebih pendek dan perbedaan antara periode hibernasi jantan dan betina, serta respon mereka terhadap perubahan iklim.
Para peneliti mengatakan, mereka para betina muda "bangkit dan bersinar" sedikit lebih awal dibandingkan sebelumnya. Hal itu sebagai respons terhadap pemanasan global, akibat dari perubahan iklim yang dapat menimbulkan efek riak positif dan negatif di seluruh jaring makanan di ekosistem ini.
Penulis senior Cory Williams, asisten profesor di Departemen Biologi di Colorado State University, mulai mempelajari tupai tanah Kutub Utara saat berada di University of Alaska Fairbanks lebih dari 15 tahun yang lalu.
“Saya pikir hal yang membuat penelitian kami unik adalah kami melihat kumpulan data yang cukup panjang untuk menunjukkan dampak perubahan iklim pada mamalia di Kutub Utara,” kata Williams, yang bergabung dengan fakultas Colorado State University pada tahun 2021.
“Kami dapat menunjukkan hubungan langsung antara perubahan suhu dan fisiologi serta ekologi hewan-hewan ini.”
Helen Chmura, penulis utama untuk penelitian terbaru ini, memulai analisis saat menjadi postdoctoral fellow di University of Alaska Fairbanks pada tahun 2018. Chmura sekarang bekerja sebagai peneliti USDA Forest Service di Rocky Mountain Research Station.
“Data kami menunjukkan bahwa lapisan aktif, lapisan tanah di atas permafrost, membeku kemudian di musim gugur, tidak sedingin di tengah musim dingin, dan mencair sedikit lebih awal di musim semi.” Dia menambahkan.
“Perubahan ini, yang berarti pengurangan waktu pembekuan tanah sedalam 1 meter sekitar 10 hari, telah terjadi hanya dalam 25 tahun, yang cukup cepat.”
Tupai tanah Kutub Utara bertahan hidup di musim dingin Alaska yang keras dengan berhibernasi selama lebih dari setengah tahun, secara drastis memperlambat fungsi paru-paru, jantung, otak, dan tubuh mereka.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Science,Colorado State University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR