Untuk memisahkan diri dari rakyat jelata dan meninggikan diri mereka di atas massa, raja-raja Sumeria menegaskan suatu propaganda yang menyebut bahwa mereka sebenarnya dipilih oleh para dewa untuk memerintah.
Seperti yang terlihat di bawah, Sargon, sebagai politisi yang cerdik sekaligus pemimpin militer yang brilian, menghilangkan narasi itu. Baginya, untuk menuju ke tampuk kekuasaan, diperlukan usaha yang keras dan kecerdikan.
Di era Sargon, ada kesenjangan kekayaan yang besar dan semakin besar antara bangsawan yang kuat, yang menguasai tiga perempat tanah, dan massa pekerja yang mencari nafkah dari apa yang tersisa.
Sadar bahwa rakyat jelata membenci bangsawan yang eksploitatif, Sargon menampilkan dirinya sebagai raja yang berangkat dari rakyat jelata yang memiliki sifat rendah hati. Ia memulai propagandanya untuk menarik simpati rakyatnya.
Menurut The Legend of Sargon of Akkad, diceritakan dalam sebuah inskripsi kuno dari sekitar tahun 2300 SM, Sargon menampilkan dirinya sebagai seorang yatim piatu—anak haram dari seorang pendeta kuil, atau pelacur suci.
Lebih dari seribu tahun sebelum kisah Musa dalam Perjanjian Lama, Sargon menceritakan bahwa sebagai seorang bayi, ibunya telah menempatkannya dalam sebuah keranjang, dan membuatnya terapung-apung di Sungai Eufrat.
Ia mengaku ditemukan oleh seorang tukang kebun yang baik hati dari raja kota Sumeria, yang membesarkannya sebagai anak angkatnya. Sargon menampilkan dirinya sebagai bagian dari rakyat, yang membuatnya mendapatkan dukungan dari rakyat jelata.
Sayangnya, Sargon tampaknya telah mengecewakan rakyat jelata begitu ia mendapatkan kekuasaan dengan bantuan mereka. Pemerintahannya tidak selalu terkenang bagi rakyat-rakyatnya, karena dia menghabiskan banyak waktu untuk menumpas pemberontakan.
Tetap saja, dia mendirikan kerajaan yang kuat—yang pertama dalam sejarah—yang bertahan selama hampir dua abad. Suatu pencapaian yang lumayan untuk seorang raja yang mengaku anak yatim piatu yang ditelantarkan di sungai oleh ibunya.
Terlepas dari sebatas sejarah Mesopotamia, Sargon muncul sebagai tokoh legendaris dalam literatur Neo-Asyur dari abad ke-8 hingga ke-7 SM. Tablet dengan fragmen Legenda Kelahiran Sargon ditemukan di Perpustakaan Ashurbanipal .
Sargon tampaknya mempromosikan penggunaan bahasa Semit (Akkadia) dalam prasasti. Dia sering menyebut dirinya "raja Akkad" terlebih dahulu, setelah dia rupanya mendirikan kota Akkad.
Bagaimanapun, Sargon dikenal memulai membangun peradaban Akkadia yang kuat di kawasan Mesopotamia. Model kepemimpinannya ditiru oleh banyak penguasa dan kerajaan di masa-masa selanjutnya.
Sargon dalam kronik sejarah Mesopotamia, dianggap sebagai role-model oleh raja-raja Mesopotamia selama dua milenium setelah kematiannya.
Sebagaimana raja-raja Asyur dan raja-raja Babilonia akan mendasarkan bentuk pemerintahan kerajaan mereka di Mesopotamia, dengan melihat diri mereka sebagai pewaris kerajaan Sargon.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR