Selain menjadi pejuang dan ahli strategi yang hebat, Nobunaga bertanggung jawab untuk menggerakkan rangkaian peristiwa yang akan menyatukan kembali bangsa.
“Secara tidak langsung, perjuangannya mengakhiri Periode Negara Berperang,” tambah Kanert.
Keshogunan Ashikaga secara nominal memerintah Jepang selama Periode Muromachi (1336-1573). Tapi di luar Kyoto, kekuatan sebenarnya dipegang oleh daimyo lokal. Kondisi ini membuat Kekaisaran Jepang terpecah secara regional.
Nobunaga lahir dalam sebuah keluarga dengan kepemilikan di Provinsi Owari. Setelah kematian ayahnya pada tahun 1551, dia menyatukan klannya dan menguasai seluruh Owari pada tahun 1559.
Sang samurai kemudian mengalahkan saingan utamanya di wilayah, Imagawa Yoshimoto, pada tahun 1560. Pada tahun 1561 ia menyerang Provinsi Mino.
Atas perintah Ashikaga Yoshiaki, Nobunaga kemudian pergi ke Kyoto pada tahun 1568 untuk menggulingkan shogun Ashikaga yang berkuasa, Yoshihide.
Memasang Yoshiaki sebagai shogun baru, Nobunaga berharap untuk memanfaatkannya sebagai pemimpin boneka. Namun, saat kekuatan Nobunaga meningkat, yang lain bersatu untuk melawannya.
Dia memusnahkan biksu prajurit lawan di Gunung Hiei pada tahun 1571, mengepung para petani Ikko-ikki dan biksu prajurit di Nagashima dan Ishiyama Hongan-ji.
Dan ketika Yoshiaki melawan mantan sekutunya, Nobunaga mengalahkan mereka. Ia pun mengirim Yoshiaki ke pengasingan, sehingga mengakhiri Keshogunan Ashikaga pada tahun 1573.
Nobunaga juga menghancurkan lawan Klan Asakura di Provinsi Echizen dan Klan Azai di Provinsi Omi pada tahun 1573.
Setelah sekutunya Tokugawa Ieyasu menahan serangan pasukan Takeda di Provinsi Mikawa (Aichi timur), keduanya bekerja sama melawan Klan Takeda pada Pertempuran Nagashino pada tahun 1575.
Melalui strateginya sendiri serta kerja keras sekutu dan pengikutnya, Nobunaga berhasil menguasai bagian selatan daratan Jepang di bawah kendalinya. Ia meletakkan dasar untuk penyatuan kembali bangsa.
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR