Nationalgeographic.co.id—Pertempuran Arsuf merupakan salah satu babak yang menegangkan dalam sejarah Perang Salib Ketiga. Hasil dari pertempuran ini adalah kekalahan besar bagi Salahuddin al-Ayubi (Saladin), dan kemenangan oleh Richard I dari Inggris yang telah belajar dari pertempuran sebelumnya.
Tentara Salib saat itu telah berhasil mengepung kota Acre pada Juli 1191, dan melanjutkan ekspedisinya ke selatan. Tujuan utama mereka adalah merebut kembali Yerusalem, setelah dikuasai Kekaisaran Ayyubiyah tahun 1187 dalam Perang Salib Kedua.
Sebelum menuju Yerusalem, tentara Salib yang dipimpin Richard I harus merebut Jaffa. Hal ini harus dilakukan agar pesisir Palestina bisa dikuasai. Di pengepungan Acre sebelumnya, tentara Salib telah berhasil merebut armada perang Saladin dari Mesir.
Ekspedisi ke selatan ini harus dilakukan secara hati-hati oleh Richard I. Dia belajar bagaimana tentara salib mengalami kekalahan besar di Hattin yang berada dekat dengan Tiberias pada Juli 1187.
Supaya memastikan persediaan makanan dan minuman memadai tersedia, Tentara Salib harus menyisiri pesisir. Rombongan tentara salib ini membuat formasi ketat dengan infanteri di sisi darat, melindungi kavaleri berat dan kereta bagasi di arah dekat laut.
Dengan demikian, Saladin harus menghentikan upaya Richard I menguasai Jaffa. Semua pasukannya ditarik setelah Acre jatuh di tangan tentara salib, dan memobilisasi pergerakan musuh yang menyisiri pesisir Palestina, dari arah lebih ke daratan.
Saladin tahu bahwa kelemahan tentara salib adalah ketidakdisiplinan dari apa yang dialami dalam sejarah Perang Salib sebelumnya. Ekspedisi Saladin yang membuntuti rombongan tentara salib sempat beberapa kali membuat serangkaian serangan gertakan dengan panah. Jika serangan berhasil, formasi rombongan tentara salib berantakan, dan kavaleri bisa menyapu mereka.
Serangan gertakan itu tidak mempan, pasukan Richard I berhasil menangkisnya. Tentara salib juga membalas tembakan panah itu.
Dalam sejarah Perang Salib disebutkan, zirah tentara salib tebal, tertutup, dan bahannya kuat. Serangan panah dari Kekaisaran Ayyubiyah hanya tertancap, tetapi tidak melukai tentara salib. Nasib yang berbeda pada pasukan Kekaisaran Ayyubiyah, banyak yang tewas dan terluka akibat tembakan panah orang Franka.
Di desa pesisir Kaisarea tanggal 30 Agustus 1191, rombongan belakang Richard I masih dalam situasi kerepotan akibat serangan, dan membutuhkan bantuan. Rombongan sempat terhenti sejenak di sini.
Alih-alih menyerang langsung, Saladin memilih bersiap di dekat kota Arsuf yang berada di utara Jaffa. Pasukan Kekaisaran Ayyubiyah ini membentuk formasi menghadap ke arah pesisir. Formasinya terbentang dari Hutan Arsuf hingga perbukitan di selatan, dengan hanya sekitar tiga kilometer dari pantai.
Melalui formasi ini, Saladin hendak melancarkan serangan yang dapat mengganggu rombongan tentara salib, sambil pura-pura mundur. Andaikan tentara salib berhasil termakan taktik ini, formasinya akan patah. Lalu, sebagian besar tentara Saladin akan maju menyerang dan mengusir tentara salib ke laut.
Pasukan Ayyubiyah punya keunggulan: kecepatan. Dalam sejarah Perang Salib, pasukan Saladin lebih banyak menunggangi kuda. Berbeda dengan Richard I yang sangat bergantung pada infanteri dan kereta bagasinya.
Richard I dan pasukannya kembali bergerak pada 6 September. Selama perjalanan menuju ke selatan, Richard I memerintahkan pasukannya untuk membuat formasi bertahan. Formasinya terdiri dari Kesatria Templar paling depan, pasukan tambahan di tengah, dan Kesatria Hospitalaria di belakang. Armada mereka pelan-pelan mengikuti dari laut.
Serangan yang tidak disangka Saladin
Rombongan tentara salib pun melintasi separuh hutan Arsuf dengan berkonflik dengan tentara Ayyubiyah. Mereka memutuskan untuk berkemah di hutan dengan rawa-rawa yang terbentang dari pedalaman ke muara sungai Nahr-el-Falaik sebagai pelindung mereka.
Pertempuran Arsuf pun dimulai dalam babak sejarah Perang Salib pada pagi hari. Tentara salib menjadi sasaran serangan tabrak lari Kekaisaran Ayyubiyah berkuda. Dengan keras, komando memerintahkan mereka untuk mempertahankan formasi, walau sebenarnya membuatnya lebih kritis di medan pertempuran.
Tentara salib terus berusaha maju. Saladin menyadari bahwa upaya serangan tabrak lari ini tidak berhasil, sehingga memfokuskan pada serangan di sisi belakang tentara Salib. Pasukan Ayyubiyah pun semakin menekan bagian Hospitalaria tentara salib.
Pasukan Richard I membalas dengan panah dan tombak dan mulai membalas serangan musuh terus-menerus. Sejarah Perang Salib mencatat, Garnier de Nablus menyarankan agar segera melakukan serangan balik. Richard I menolak, karena yang penting adalah mempertahankan posisi agar tidak kacau balau.
Kemampuan bertahan tentara salib ternyata membuat pasukan Saladin lelah. Pasukan inti Richard I pun memasuki Arsuf, sementara bagian belakang terus bertempur sambil berbaris mundur. Ini menjadi peluang bagi Saladin untuk menyerang jika formasinya terpatahkan.
Garnier de Nablus akhirnya berpaling dari Richard I dan segera melakukan penyerangan. Pasukan yang dipimpin Nablus berhasil mematahkan formasi Saladin—sebuah langkah mengejutkan bagi Saladin. Mereka memukul mundur sayap kanan Kekaisaran Ayyubiyah.
Richard tentu kecewa, tetapi terpaksa mendukung daripada harus kehilangan Hospitalaria. Infanterinya memasuki Arsuf dan segera membuat posisi bertahan. Kemudian Kesatria Templar maju untuk menyerang sayap kiri Kekaisaran Ayyubiyah.
Kedua sayap pasukan Ayyubiyah terhuyung-huyung mundur. Richard I memimpin langsung ke depan Kesatria Normandia dan Inggris untuk merangsek masuk ke pusat pasukan tempat Saladin berada. Serangan ini justru mematahkan garis pertahanan Ayyubiyah, dan memaksa pasukan melarikan diri.
Pertempuran dalam sejarah Perang Salib Ketiga ini menghasilkan kemenangan bagi tentara salib. Pasukan Ayyubiyah harus mundur karena sudah banyak korban berjatuhan. Ketika hampir gelap, Richard I menyatakan pertempuran telah berakhir.
Diperkirakan ada 700—1000 orang telah gugur dari kalangan tentara salib. Bagi Saladin, jumlahnya justru lebih banyak, diperkirakan sebanyak 7.000 orang.
Tentara Salib akhirnya menguasai pesisir Palestina. Pertempuran itu memudahkan rombongan bisa menguasai Jaffa dengan mudah. Namun, sejarah Perang Salib Ketiga belum usai, sampai akhirnya keduanya berdamai untuk membiarkan Yerusalem tetap di tangan Ayyubiyah, dan memperbolehkan peziarah Kristen masuk dalam perjanjian tahun 1192 .
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR