Nationalgeographic.co.id—Para arkeolog di Istanbul, Turki, mengumumkan penemuan patung berhala Dewa Pan dalam mitologi Yunani di reruntuhan gereja mula-mula. Namun, patung berhala dari mitologi Yunani dianggap tidak mungkin berada di gereja dan dianggap sebuah kesalahan.
Patung berhala tersebut terbuat dari marmer dan merupakan Dewa Pan dalam mitologi Yunani yang berwujud manusia setengah kambing. Patung itu lengkap dengan tanduk kambing dan tubuh telanjang saat ia memainkan sebuah pipa buluh.
Menurut para arkeolog, tidak mungkin sebuah gereja Kristen menyimpan patung berhala dewa dalam mitologi atau yang semacam itu. Sebaliknya, para arkeolog menganggap lokasi patung itu adalah hasil dari kesalahan modern.
Reruntuhan tersebut berasal dari gereja abad keenam yang bernama St. Polyeuctus, yang merupakan salah satu yang terbesar di Konstantinopel—sebutan Istanbul sebelum penaklukannya oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453.
Gereja tersebut kemudian hancur setelah terjadi penjarahan Konstantinopel oleh Tentara Salib dalam perang salib keempat. Saat itu gereja-gereja Bizantium tak luput dari penjarahan karena menyimpan banyak harta dan peninggalan Kristen.
Pada tahun 1960-an, para pekerja yang membangun jalan terdekat menemukan sisa-sisa gereja secara tidak sengaja.
Setelah penggalian, para arkeolog menggunakan pengurukan—tanah yang digunakan untuk mengisi lubang dan tanah yang rata—untuk menutupi reruntuhan.
Kemungkinan patung itu adalah bagian dari pengurukan itu, kata Mahir Polat, wakil sekretaris jenderal Kota Metropolitan Istanbul (IBB) kepada Live Science melalui surel.
Penemuan baru ini terjadi hanya beberapa minggu setelah kamar-kamar terkubur dan sebuah terowongan dibuka kembali di bawah reruntuhan St. Polyeuctus, saat IBB membangun kembali area yang sebelumnya terlantar menjadi objek wisata arkeologi.
Polat mengatakan patung itu ditemukan pada 1 Juni di sisi barat laut bangunan utama gereja, dalam timbunan sekitar 2,6 meter di bawah permukaan.
Patung marmer itu tingginya kurang dari satu kaki atau sekitar 20 sentimeter dan rusak parah. Hanya kepala, badan, dan lengannya yang tersisa. Namun signifikansinya sebagai karya seni Klasik masih terlihat.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR