Fitur yang berbeda di bumi memantulkan jumlah cahaya yang berbeda. Sangat sedikit pantulan berasal dari lautan, sementara pantulan dari daratan sekitar dua kali lipat dari pantulan lautan.
Sementara itu, awan memantulkan sekitar setengah dari sinar matahari yang menerpa permukaan bulan, dan salju serta es memantulkan sebagian besar cahaya yang mereka terima.
Ilmuwan di Big Bear Solar Observatory di California Selatan telah mempelajari bagaimana cahaya bumi berfluktuasi sejak tahun 1998, mencari perubahan pada skala waktu dari harian ke dekade.
Para peneliti mencatat bahwa pengukuran ini hanya bersifat relatif dan membutuhkan pengamatan yang lebih kuat, bahkan mungkin dari satelit kubus NASA atau observatorium bulan.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan menggabungkan data tersebut dengan pengamatan dari proyek NASA's Clouds and the Earth's Radiant Energy System (CERES).
Instrumen tersebut telah beroperasi sejak 1997 dengan instrumen di sejumlah satelit NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Para peneliti mengumpulkan kedua kumpulan data untuk mengetahui apakah dan bagaimana kecerahan Bumi telah berubah.
Albedo Bumi (atau reflektansi) adalah fraksi dari radiasi matahari gelombang pendek yang dipantulkannya kembali ke angkasa.
Ini adalah penentu penting dari iklim bumi, karena, dalam arti luas, perubahan iklim muncul dari evolusi simultan dari intensitas matahari, albedo bumi, dan isolasi rumah kaca.
Selama rentang dua dekade penuh, jumlah cahaya yang dipantulkan Bumi turun sekitar 0,5 persen—atau sekitar setengah watt lebih sedikit cahaya per meter persegi. Satu meter persegi sedikit kurang dari 11 kaki persegi.
Sebagian besar perubahan terjadi dalam tiga tahun terakhir kumpulan data cahaya bumi, yang dianalisis para peneliti hingga 2017. Data CERES berlanjut hingga 2019 dan menunjukkan penurunan yang lebih tajam pada akhirnya.
Source | : | NASA,Geophysical Research Letters |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR