Dan selama waktu itu, para peneliti menentukan, kecerahan matahari tidak terhubung secara bermakna dengan penurunan pantulan. Kecerahan matahari telah melewati dua periode aktivitas maksimum dan satu periode tenang selama penelitian.
Jadi perubahan jumlah cahaya yang dipantulkan Bumi pasti berasal dari perubahan Bumi itu sendiri, demikian alasan para ilmuwan.
Pada pertengahan 1990-an, albedo yang berubah adalah (dan mungkin masih) yang paling sedikit dipahami dari ketiga parameter tersebut.
"Ketidakpastian itu memotivasi upaya kami untuk mengukur albedo bumi secara terus-menerus selama setidaknya satu siklus matahari penuh (dua dekade)," para peneliti menjelaskan.
"Seri data yang panjang juga akan membantu mengeksplorasi korelasi yang mungkin ada antara berbagai aktivitas matahari dan pemantulan terestrial."
Secara khusus, data CERES mencatat hilangnya awan cerah di ketinggian rendah di atas Samudra Pasifik bagian timur, di lepas pantai barat Amerika, tempat para ilmuwan juga mencatat peningkatan suhu yang mencolok di permukaan samudra.
Dan karena cahaya yang tidak dipantulkan ke luar angkasa terperangkap dalam sistem Bumi, perubahan kecerahan juga berimplikasi pada masa depan iklim, berpotensi meningkatkan laju perubahan iklim akibat ulah manusia.
Source | : | NASA,Geophysical Research Letters |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR