Ada beberapa tanaman, tetapi hanya satu yang berbuah. Pada tahun 2018, ilmuwan Kew Benedikt Kuhnhäuser, Peter Petoe, dan William Baker mengunjungi kembali Suaka Margasatwa Lanjak Entimau dan mengumpulkan beberapa spesimen palem itu untuk penelitian ilmiah.
"Tanpa petunjuk dari rekan Malaysia kami Dr. Paul Chai, kami mungkin salah mengira spesies baru yang menarik ini sebagai bibit palem yang biasa-biasa saja dan akan berjalan melewatinya," kata Benedikt Kuhnhäuser.
"Sebaliknya, kami telah menjelaskan secara ilmiah kasus geoflory yang sangat langka, yaitu pembungaan di bawah tanah, dan contoh pertama yang diketahui dari jenisnya di seluruh keluarga palem. Ini benar-benar penemuan sekali seumur hidup."
Secara terpisah dari tim, peneliti Indonesia dan penulis utama studi ini, Randi Agusti, menemukan beberapa spesimen palem di Kalimantan pada tahun 2017. Setidaknya satu tampaknya telah digali oleh babi hutan, sementara yang lain tampaknya telah dimakan atau dihancurkan oleh hewan itu.
Para peneliti dari Indonesia, Malaysia, dan Kew kemudian bekerja sama untuk mendeskripsikan secara ilmiah palem yang tidak biasa ini sebagai spesies baru dalam ilmu pengetahuan.
Randi Agusti, peneliti dari National University of Singapore, mengatakan, "Pertama kali saya menemukan palem kerdil ini pada tahun 2017 di sebuah hutan di Kalimantan Barat. Sekelompok babi hutan sedang menggali tanah di sekitar populasi P. subterranea, dan saya menemukan beberapa buah yang masak dengan warna merah cerah yang mencolok tergeletak di tanah."
"Saya perhatikan banyak tanah di sekitar batang palem ini yang digali oleh babi hutan untuk mencari buah yang ada di bawah tanah. Kotorannya juga berserakan di sekitar genangan air dengan benih yang terkandung di dalamnya," tutur Randi.
Sepintas, spesies ini tampak seperti tumbuhan muda dari palem biasa lainnya di hutan hujan Kalimantan. Bibit palem seringkali berserakan di dasar hutan di hutan hujan tropis dan sangat sulit untuk diidentifikasi, bahkan oleh ahli botani yang paling ahli sekalipun, dan akibatnya cenderung diabaikan dalam survei botani.
Namun dalam kasus ini, bibit-bibit yang terlihat ini sebenarnya adalah pohon dewasa yang sudah terbentuk sempurna, dengan bagian reproduksinya tersembunyi di bawah permukaan tanah.
Namun demikian, bahkan dengan petunjuk dari Dr. Chai, para ilmuwan masih harus menunjukkan kebaruan spesies tersebut. Ada lebih dari 140 spesies palem dalam genus Pinanga.
Sebagian besar spesies dalam genus ini merupakan palem tegak berukuran kecil yang dapat ditemukan di sepanjang lapisan bawah hutan. Lebih dari 100 spesies ini ada di Asia Tenggara, dan Kalimantan adalah pusat keanekaragamannya.
Membedakan Pinanga subterranea sebagai speises yang benar-benar baru membutuhkan studi yang cermat oleh Randi, seorang ahli Pinanga. Randi dengan hati-hati membandingkan spesimen palem ini dengan semua spesies Kalimantan lainnya yang diketahui dari genus ini untuk membangun argumen bahwa ini adalah spesies baru bagi ilmu pengetahuan.
Source | : | phys.org |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR