Nationalgeographic.co.id—Penemuan fosil jejak kaki berusia 300.000 tahun di Jerman, mengungkapkan kehidupan manusia purba.
Manusia di zaman itu ternyata hidup berdampingan dengan gajah dan badak raksasa zaman prasejarah.
Menurut analisis para arkeolog, fosil jejak kaki itu adalah milik Homo heidelbergensis dewasa dan anak-anak.
Para arkeolog menunjukkan bahwa kerabat manusia ini mencari makan dan bermain di tepi danau tempat binatang prasejarah berkumpul untuk minum.
Di hutan yang menebang pohon birch dan pinus di tempat yang sekarang menjadi Eropa tengah, para arkeolog menjelaskan, kawanan hewan yang sudah lama punah pernah berkumpul untuk minum di tepi danau kuno di sana.
Para arkeolog sekarang telah memastikan bahwa kerabat manusia purba dan anak-anak mereka hidup bersama gajah dan badak prasejarah. Manusia purba Homo heidelbergensis mencari makan dan mandi di antara mereka.
Tiga jejak kaki langka itu diperkirakan berusia 300.000 tahun dari situs fosil Paleolitik Bawah, kira-kira sekitar 3 juta hingga 300.000 tahun lalu di barat laut Jerman.
Spesies manusia purba ini adalah kerabat manusia yang sudah punah, hidup sekitar 700.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.
Bukti yang ditemukan menurut para arkeolog, bahwa mereka hidup berdampingan dengan gajah dan badak prasejarah adalah jejak kakinya juga ditemukan di situs tersebut.
Sementara sebuah studi tahun 2018 di jurnal Scientific Reports mendokumentasikan hubungan bertetangga yang serupa. Manusia purba dan binatang prasejarah ternyata di Ethiopia sudah hidup bersama sekitar 700.000 tahun yang lalu.
Ini adalah bukti jejak kaki pertama H. heidelbergensis dari Jerman dan hanya catatan keempat dari jejak kaki spesies tersebut di seluruh dunia.
"Tiga jejak kaki ini mewakili bukti 'langsung' yang signifikan dari kehadiran hominin di situs tersebut," kata Flavio Altamura, seorang arkeolog di University of Tübingen di Jerman.
Altamura juga adalah penulis utama studi yang mendeskripsikan fosil tersebut, kepada Live Science melalui email.
Sementara satu jejak kaki jelas milik orang dewasa, yang lainnya jauh lebih kecil. "Karena dua jejak kaki terkait dengan individu muda, ini juga menjadi bukti keberadaan anak-anak di tempat tersebut," kata Altamura.
Penemuan ini luar biasa karena tanda-tanda keberadaan anak-anak di situs prasejarah sangat langka.
Sebagian besar bukti yang dimiliki peneliti tentang periode paling awal umat manusia berasal dari peralatan, sisa-sisa manusia, dan sisa makanan berupa tulang hewan, jelas Altamura.
"Anda harus mencari tulang anak-anak, yang sangat langka, dan sangat sulit menghubungkan peralatan dan sisa makanan dengan aktivitas anak-anak. Jadi sangat sulit untuk mengatakan sesuatu tentang perilaku mereka dan jenis kehidupan yang mereka jalani."
Jejak kaki yang baru ditemukan memberikan petunjuk tentang bagaimana rasanya menjadi seorang anak 300.000 tahun yang lalu. "Ini potret langka masa kanak-kanak di masa prasejarah," kata Altamura.
Penemuan fosil jejak kaki ini juga mengungkapkan aspek kehidupan sehari-hari kerabat manusia kita, yang dijelaskan oleh para peneliti dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Quaternary Science Review belum lama ini.
Jurnal tersebut dipublikasikan dengan judul "Fossil footprints at the late Lower Paleolithic site of Schöningen (Germany): A new line of research to reconstruct animal and hominin paleoecology."
Penemuan fosil jejak kaki ini telah menunjukkan, bahwa "orang Heidelberg" yang telah lama punah tinggal di tepi danau kuno di antara kawanan hewan darat terbesar pada saat itu.
Hewan darat terbesar yang hidup saat itu adalah gajah prasejarah yang disebut Palaeoloxodon antiquus. Gajah prasejarah ini memiliki gading lurus dan beratnya mencapai 13 ton (12 metrik ton).
Para peneliti juga menemukan jejak milik badak prasejarah, yang mereka identifikasi sebagai Stephanorhinus kirchbergensis atau S. hemitoechus. Penemuan fosil ini adalah jejak kaki pertama dari kedua spesies yang pernah ditemukan di Eropa.
Jejak kaki manusia mungkin tertinggal saat jalan-jalan kecil keluarga, kata Altamura.
"Kami mungkin berpendapat bahwa sekelompok kecil hominin yang terdiri dari anak-anak sedang berjalan di antara gajah dan spesies lain di tepi danau purba yang berlumpur, mungkin mencari dan mengumpulkan makanan, atau mandi, atau sekadar bermain di sana."
Namun, ini bukanlah jejak kaki anak-anak H. heidelbergensis tertua yang ditemukan di antara cetakan binatang.
Kumpulan jejak kaki manusia dan jejak hewan serupa digali antara 2013 dan 2015 di situs arkeologi berusia 700.000 tahun di Ethiopia bernama Melka Kunture.
Di sana, fosil jejak kaki itu merupakan milik 11 orang dewasa dan anak-anak yang diperkirakan berumur 12 bulan. Analisis mereka menunjukkan bahwa anak-anak hadir saat alat dibuat dan hewan disembelih.
"Jejak kaki anak-anak dan orang dewasa ditemukan di perbatasan kolam tempat hewan lain berkumpul dan kuda nil disembelih oleh hominin," kata Altamura.
"Menunjukkan bahwa anak-anak membantu orang dewasa dan belajar sejak tahun pertama bagaimana bertahan hidup di lingkungan liar."
Source | : | Live Science,Quaternary Science Review |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR