Apa yang terjadi selanjutnya, dari sudut pandang manusia, adalah tindakan yang mengerikan.
Namun, para peneliti percaya bahwa Kumasi memiliki alasan yang baik untuk melahap anaknya yang telah mati.
“Jika kita mempertimbangkan investasi energi reproduksi yang luar biasa dari ibu primata, kanibalisme dapat dianggap sebagai sifat evolusioner adaptif yang membantu ibu memulihkan energi setelah melahirkan,” kata Palagi.
"Ini dapat meningkatkan peluang keberhasilan reproduksinya di masa depan," tambahnya.
"Fakta bahwa induk tidak berbagi bangkai dengan anggota kelompok lain mendukung hipotesis manfaat kanibalisme (sebagai sumber) gizi," kata Palagi. ,
"Karena yang lain tidak membutuhkan nutrisi tambahan."
Ini bukan pertama kalinya kanibalisme bayi dijelaskan sebagai cara untuk meningkatkan keberhasilan reproduksi.
Pada tahun 2019, para peneliti yang mengamati populasi monyet capuchin berwajah putih (Cebus imitator) di sebuah taman nasional di Kosta Rika menyaksikan hal serupa.
Seekor betina memakan mayat bayi setelah jatuh dari pohon. Betina itu bukan induk dari bayi itu, tetapi dia melahirkan dua minggu kemudian.
Hal itu menunjukkan bahwa dia hanya melakukan kanibalisme untuk mendapatkan nutrisi tambahan untuk keturunannya sendiri.
Para peneliti dari studi baru-baru ini percaya usia bayi drill juga bisa berpengaruh terhadap perilaku kanibalisme.
"Semakin muda bayinya, semakin kecil kemungkinan keterikatan ibu-bayi menjadi cukup kuat untuk mencegah kanibalisme ibu pada bayi yang mati," kata Palagi.
Namun para peneliti tidak percaya penangkaran monyet berperan dalam kematian bayi atau kanibalisme dari induknya.
Hal itu karena kebun binatang melakukan upaya untuk membuat kehidupan monyet menjadi menarik, kata para peneliti.
Dan upaya ini meluas ke primata lain di taman safari. Misalnya, pada tahun 2021, penjaga memasang layar besar di kandang simpanse.
Tujuannya untuk memungkinkan kera bertatap muka dengan simpanse lain yang tinggal di kebun binatang Ceko lainnya di Brno.
Pertemuan virtual diadakan untuk membantu menggantikan interaksi sosial dengan pengunjung. Mengingat, pandemi Covid-19 telah menjauhkan interaksi itu dan terbukti sangat populer di kalangan simpanse.
Source | : | Primates,University of Pisa |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR