Sebelumnya, para peneliti di University of Washington, sudah mengetahui bahwa gelombang panas laut mengakibatkan kematian individu dari berbagai jenis burung laut. Laporan sebelumnya itu dipublikasikan tahun 2018 di jurnal Geophysical Research Letters.
Jenis yang terdampak adalah burung laut jenis pemakan plankton seperti cassin auklet. Secara status di IUCN, burung ini hampir mendekati "terancam".
Studi terbaru menggabungkan semua laporan dari seluruh jenis burung laut yang mati karena gelombang panas laut.
“Daripada melacak jumlah spesifik dari satu spesies, penelitian ini mengukur tingkat kematian, terlepas dari spesies burung laut, di atas normal jangka panjang,” kata Parrish.
“Kami bertanya: "Berapa sering bangkai bermunculan setelah diterpa [gelombang air panas]?, di bagian garis pantai mana, dan untuk berapa bulan? Peristiwa dengan skala lebih besar adalah peristiwa yang mendorong semua tindakan ini.”
Studi terbaru ini menunjukkan bahwa kematian yang luar biasa ini terkait dengan menghangatnya perairan Pasifik Timur Laut. Peningkatan suhu terjadi pada beberapa bulan sebelum kematian masif tersebut terjadi. Selain auklet, yang sangat terpengaruh adalah jenis burung murres, puffin, dan burung penggunting laut.
Studi ini mencakup lebih dari 90.000 survei terhadap 106 spesies brung laut di lebih dari 1.000 pantai yang dilakukan oleh empat proyek sains warga. Ada pula, data tambahan yang diberikan dari beberapa organisasi pesisir yang kerap melaporkan kematian burung di pesisir, berbasis di California, AS dan Kanada.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media #SayaPilihBumi #SisirPesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | eurekalert,University of Washington |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR