Nationalgeographic.co.id—Anda mungkin pernah mendengar atau membaca beberapa berita yang menyebut bahwa sampah plastik telah membunuh beberapa satwa di dalam laut maupun di pesisir. Hewan-hewan laut itu tak sengaja memakan platik sehingga mereka keracunan, tersedak, ataupun mengalami masalah pencernaan hingga kemudian mati.
Itu baru soal satwa yang hidup di pesisir dan laut. Bagaimana dengan tumbuhan yang juga hidup di sana?
Apakah, misalnya, pohon mangrove juga bisa mati karena keberadaan sampah plastik? Jika iya, bagaimana sampah plastik bisa mematikan mangrove?
Sebuah studi yang terbit di jurnal Science of the Total Environment pada akhir 2020 telah berusaha mencari tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas.
Judul makalah studi adalah "Does plastic waste kill mangroves? A field experiment to assess the impact of macro plastics on mangrove growth, stress response and survival".
Studi tersebut dikerjakan oleh tim peneliti dari Belanda dan Indonesia, dengan peneliti utamanya adalah Celine E.J. van Bijsterveldt dari Department of Estuarine and Delta Systems, NIOZ Royal Netherlands Institute for Sea Research dan Utrecht University.
Penelitian dampak sampah plasti terhadap mangrove itu dilakukan melalui pengamatan dan eksperimen langsung di lapangan. Para peneliti dalam studi ini mengambil kawasan mangrove di pesisir Demak sebagai subjek mereka.
Mereka membuat penelitian mangrove ini karena mereka tahu bahwa "nilai mangrove telah diakui secara luas, tetapi hutan mangrove terus menurun karena berbagai tekanan antropogenik."
Selain itu, dampak sampah plastik terhadap mangrove masih kurang diketahui, "meskipun jumlah sampah plastik adalah yang terbesar di wilayah tempat hutan mangrove menurun paling cepat: Asia Tenggara," kata para peneliti.
"Dalam studi ini, kami mengkaji sejauh mana masalah sampah plastik di mangrove di sepanjang pantai utara Jawa, Indonesia. Pertama, kami menyelidiki berapa banyak lantai hutan yang ditutupi plastik di lapangan (dalam jumlah item per m2 dan persentase lantai hutan yang ditutupi plastik), dan apakah plastik juga terkubur di lapisan atas sedimen itu," jelas para peneliti dalam makalah studi mereka.
Para peneliti kemudian secara eksperimental menyelidiki efek dari berbagai persentase tutupan plastik (0%, 50% dan 100%) pada pertumbuhan akar, respons stres pohon mangrove, dan kelangsungan hidup pohon mangrove selama enam minggu.
Hasil pemantauan lapangan mereka menunjukkan bahwa keberadaan sampah plastik begitu melimpah di kawasan mangrove di pesisir Demak. Rata-ratanya adalah 27 item plastik per m2 dan menutupi hingga 50% lantai hutan mangrove di berbagai lokasi tersebut.
Selain itu, data inti tanah juga mengungkapkan bahwa plastik sering terkubur di lapisan atas sedimen yang membuatnya tidak dapat bergerak dan dapat menciptakan kondisi anoksik yang berkepanjangan.
"Eksperimen kami kemudian mengungkapkan bahwa mati lemas berkepanjangan oleh plastik menyebabkan pertumbuhan pneumatofor langsung dan potensi kehilangan daun (pada pohon mangrove)," tulis para peneliti.
Hasil rincinya, pohon mangrove dengan perlakuan tutupan plastik 50% terbukti sangat tangguh dan mampu mempertahankan tajuknya selama eksperimen. Adapun pohon mangrove dengan perlakuan tutupan plastik 100% mengalami penurunan indeks luas daun dan kelangsungan hidup secara signifikan pada akhir eksperimen.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pohon mangrove relatif tahan terhadap penutupan sebagian oleh sampah plastik. Namun, tegakan mangrove kemungkinan besar akan rusak pada akhirnya jika plastik terus menumpuk," simpul para peneliti.
Yang dimaksud tertutup sebagian atau seluruhnya oleh sampah plastik ini adalah area atau zona akar pohon mangrove ini.
Jadi, pohon mangrove yang sebagian akarnya tertutup plastik tampak stres, tetapi tampaknya mampu menahan efek mati lemas sebagian. Namun pohon mangrove yang seluruh zona akarnya tertutup plastik pada akhirnya akan mati.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pohon mangrove tertekan oleh tingkat polusi plastik saat ini, terutama di dekat sumber plastik yang salah kelola," tegas para peneliti.
Oleh karena itu, para peneliti menyarankan pentingnya pengelolaan sampah plastik bersamaan dengan upaya restorasi konvensional seperti penanaman mangrove atau rehabilitasi habitat demi hasil konservasi mangrove yang lebih optimal.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR