Satu-satunya cara untuk memberitahukan perasaannya adalah dengan menunggunya mengatakan sesuatu.
Pada suatu saat, Narcissus menyadari bahwa dia sedang diikuti. "Siapa yang ada di sini," katanya. "Di sini," ulangi Echo, yang masih bersembunyi.
Narcissus, yang tidak dapat melihat siapa yang memanggilnya, mengundang suara itu untuk mendekatinya. Tidak membuang waktu, Echo melompat keluar.
Dengan girang Echo membuka kedua tangannya dan memeluknya. Namun Narcissus tidak menyukai apa yang telah dilakukan Echo.
"Lepaskan tanganmu! Kamu tidak boleh melipat tanganmu di sekelilingku. Lebih baik mati daripada membelai saya!."
"Belai saya," jawab Echo dengan perasaan kaget dan kemudian menghilang ke dalam hutan lagi.
Echo berlari sipat kuping ke dalam hutan dengan air mata berlinang. Penolakan itu begitu menyedihkan, dan terlalu kejam untuk dihadapinya. Dengan perasaan yang tidak karuan, ia memutuskan untuk menghabiskan sepanjang hidupnya di hutan belantara sendirian.
Peristiwa penolakan itu terus menghantui dirinya. Cinta kuat yang ada dalam hatinya mengubah tubuh Echo menjadi layu. Satu-satunya yang tersisa adalah tulang dan suaranya.
Konon suara Echo terus hidup di hutan, dan bukit-bukit adalah tempat dia masih bisa didengar.
Kisah tragis Echo tak luput dari perhatian Nimfa (roh alam dalam mitologi Yunani), karena ia sangat populer di kalangan nimfa atau makhluk hutan lainya. Hal tersebut membuat mereka marah dan membalas Narcissus dengan memberinya derita.
“Nemesis, dewi pembalasan dendam, mendengar suara-suara yang menyerukan pembalasan dendam dari hutan dan memutuskan untuk membantu,” jelas Antonis.
Pertemuan Narcissus dengan Dirinya Sendiri
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR