Kehidupan sosial dan tanggung jawab seorang samurai remaja sangat terkait dengan status dan peran mereka dalam kelas samurai.
Sebagai anggota elite militer, samurai muda diharapkan untuk menjunjung tinggi kehormatan keluarga dan melayani tuannya. Mereka harus memiliki kesetiaan yang tak tergoyahkan.
Interaksi sosial seorang samurai remaja diatur oleh kode etik yang ketat. Mereka diharapkan untuk menunjukkan rasa hormat sepenuhnya kepada yang lebih tua dan atasan mereka. Selain itu, juga memperlakukan rekan dan bawahan mereka dengan adil dan bermartabat. Semua ini tercermin dalam setiap aspek perilakunya, mulai dari cara berbicara hingga membawa diri.
Bahkan kegiatan santai mereka, seperti berpartisipasi dalam upacara minum teh atau pertemuan puisi, dilakukan dengan rasa kesopanan.
Tanggung jawab seorang samurai remaja dapat bervariasi tergantung pada status keluarga mereka dan masa hidupnya.
Di masa damai, samurai muda mungkin melayani tuan mereka sebagai administrator atau birokrat. Mereka membantu mengelola urusan domain.
Samura remaja mungkin juga ditugaskan untuk mengawasi pelatihan anggota keluarga yang lebih muda atau mengatur keuangan rumah tangga.
Di masa perang, tanggung jawab mereka bisa jauh lebih berat. Mereka mungkin dipanggil untuk berperang, melayani sebagai pembawa pesan atau pengintai, atau memimpin pasukan ke dalam pertempuran.
Meskipun masih muda, samurai diharapkan untuk melakukan tugas-tugas ini dengan keberanian dan kompetensi. Mereka harus menempatkan kepentingan tuannya di atas kepentingan mereka sendiri.
Samurai yang ideal seharusnya kebal dari rasa takut akan kematian. “Hanya rasa takut akan aib dan kesetiaan kepada daimyo-nya yang memotivasi samurai sejati,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco.
Namun, kehidupan sosial seorang samurai remaja tidak semuanya tentang tugas dan kesopanan. Mereka juga memiliki kesempatan untuk menjalin persahabatan. Samurai remaja mungkin membentuk ikatan yang erat dengan sesama peserta pelatihan, berbagi dalam cobaan dan pelatihan.
Cara samurai remaja di Kekaisaran Jepang menghadapi tekanan dan harapan
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR