Seseorang bisa menyiksa atau membunuh korban dengan menembuskan benda tajam (seperti pisau, duri atau paku) ke tubuhnya.
Saat berada di dalam iron maiden, terhukum dipaksa untuk tetap berdiri. Sang terhukum akan kehilangan darah secara cepat dan perlahan-lahan melemah. Ia akan kehilangan darah atau kemungkinan sesak napas.
Iron maiden pertama diketahui dibuat pada abad ke-19 dan dikenal sebagai alat penyiksaan abad pertengahan.
Sekrup (thumbscrew)
Penyiksa menggunakan sekrup atau thumbscrew, alat penyiksaan yang menimbulkan rasa sakit.
Alat ini berasal dari periode modern awal Eropa (1450 hingga 1750). “Fungsinya untuk menghancurkan jari atau ibu jari seseorang,” kata Little.
Mirip dengan rack, alat ini menggunakan sekrup sebagai alat hukuman dan upaya untuk mendapatkan pengakuan.
Iron Apega
Salah satu kisah alat penyiksaan yang lebih fantastis adalah iron Apega, juga dikenal sebagai Apega of Nabis.
Sejarawan Yunani kuno Polybius menulis bahwa alat ini diciptakan oleh Raja Sparta Nabis. Ia memerintah dari tahun 207 hingga 192 Sebelum Masehi.
Sang raja membuat semacam robot penyiksa yang menyerupai istrinya, Apega.
Polybius menulis bahwa setiap kali seseorang menolak membayar pajak, raja akan mengundang orang tersebut untuk memeluk iron Apega.
Saat orang tersebut memeluk iron apega, alat tersebut akan menarik lengannya. Kemudian menghancurkan korban dengan kait besi yang tersembunyi di bawah pakaiannya.
Namun, para sarjana berpendapat bahwa cerita Polybius tentang “robot penyiksaan” pemungut pajak adalah alegoris. Iron Apega tidak benar-benar ada.
Pear of anguish
Pear of anguish atau pir penderitaan adalah alat yang diberi label sebagai alat penyiksaan abad pertengahan.
Diduga, seorang penyiksa akan memasukkan alat itu ke dalam mulut, vagina, atau anus seseorang. Tujuannya untuk memperlebar lubang sehingga menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
Namun, para sarjana mempertanyakan apakah perangkat ini berasal dari Abad Pertengahan, periode yang berakhir sekitar tahun 1450.
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR