Ketika Australia memisahkan diri dari Antarktika, terjadi pergeseran klimaks yang menyebabkan tren pendinginan dan pengeringan global benua, yang menyebabkan peristiwa kepunahan massal di seluruh dunia.
“Ketika Australia menjauh dari Antarktika, ia membuka area Laut Dalam yang mengelilingi Antarktika yang sekarang menjadi tempat Arus Sirkumpolar Antarktika berada," kata Skeels.
"Ini secara dramatis mengubah iklim Bumi secara keseluruhan; itu membuat iklim jauh lebih sejuk."
Terlepas dari pendinginan global ini, lanjutnya, iklim di pulau-pulau Indonesia digunakan beberapa spesies di dunia hewan sebagai pintu gerbang untuk melompat ke Australia.
Australia saat itu tetap relatif hangat, basah, dan tropis. "Jadi fauna Asia sudah beradaptasi dengan baik dan nyaman dengan kondisi tersebut, sehingga membantu mereka menetap di Australia," Skeels menjelaskan.
“Ini tidak terjadi pada spesies Australia. Mereka telah berevolusi dalam iklim yang lebih dingin dan semakin kering dari waktu ke waktu dan karena itu kurang berhasil mendapatkan pijakan di pulau-pulau tropis dibandingkan dengan makhluk yang bermigrasi dari Asia.”
Pada penelitian ini, para peneliti menganalisis kumpulan data sekitar 20.000 burung, mamalia, reptil, dan amfibi.
Para peneliti menentukan spesies mana yang melompat antara Indonesia dan Australia, dan mana yang berhasil beradaptasi dengan rumah baru mereka.
“Temuan kami juga dapat menginformasikan prediksi untuk migrasi hewan di masa depan dan membantu kami memprediksi spesies mana yang lebih berpengalaman dalam beradaptasi dengan lingkungan baru," kata Skeels.
"[Itu] karena perubahan iklim Bumi terus memengaruhi pola keanekaragaman hayati global."
Source | : | Science,Australian National University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR