Nationalgeographic.co.id—Tim peneliti internasional mengungkapkan kondisi mengkhawatirkan di dunia hewan laut. Mereka menemukan adanya penurunan populasi lumba-lumba orca (Orcinus orca) di wilayah barat laut Pasifik yang disebut penduduk selatan.
Menurut penelitian tim peneliti internasional, penurunan populasi lumba-lumba orca atau paus pembunuh terjadi karena perkawinan sedarah. Mereka mempelajari lumba-lumba orca yang terancam punah di lepas pantai British Columbia, Washington, dan Oregon.
Untuk diketahui, lumba-lumba orca penduduk selatan adalah populasi kecil lumba-lumba orca yang hidup di Samudera Pasifik di lepas pantai barat laut Amerika Utara.
Populasi ini sangat terisolasi, sehingga mereka melakukan perkawinan sedarah, yang berkontribusi pada penurunan populasi mereka, demikian temuan tim peneliti internasional.
Hasil penelitian itu telah dipublikasikan di jurnal bergengsi nature ecology & evolution dengan judul "Inbreeding depression explains killer whale population dynamics."
Temuan tersebut sebenarnya telah diperkirakan sebelumnya. Para ilmuwan telah lama menduga bahwa perkawinan sedarah telah terjadi di dalam kelompok tersebut.
Namun demikian, baru setelah para peneliti melakukan pengurutan genom, mereka menyadari betapa buruknya situasi yang terjadi.
Tim peneliti internasional menemukan kondisi memprihatinkan kelompok orca yang mereka pelajari – yang mencakup 100 orca hidup dan mati.
Dari jumlah tersebut, 73 di antaranya masih hidup – memiliki dan tingkat keragaman genetik yang lebih rendah dan tingkat perkawinan sedarah yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan populasi Pasifik Utara lainnya.
Salah satu alasan penurunan ini adalah terbatasnya jangkauan geografis kelompok tersebut, yang terbentang antara British Columbia dan Oregon.
“Mereka sedikit lebih terisolasi secara genetis dari populasi lain,” kata rekan penulis studi Michael Ford, seorang ilmuwan peneliti di Pusat Sains Perikanan Barat Laut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) di Seattle, kepada Live Science.
“Perkawinan silang antara (mereka dan) populasi lain juga lebih sedikit.”
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR