Nationalgeographic.co.id – Kompleks Kuil Karnak adalah salah satu pencapaian arsitektur yang paling luar biasa dan mengesankan dalam sejarah Mesir kuno. Terletak di dekat kota modern Luxor, situs keagamaan yang luas ini dibangun dan diperluas selama lebih dari 1.500 tahun, dari Kerajaan Tengah hingga periode Ptolemeus.
Kuil Karnak adalah pusat pemujaan utama bagi tiga serangkai dewa Thebes: Amun, Mut, dan Khonsu, dan menarik peziarah dari seluruh Mesir dan sekitarnya. Saat ini, kuil ini berdiri sebagai bukti keterampilan, pengabdian keagamaan orang Mesir kuno dan diakui sebagai salah sejarah paling penting di dunia.
Karnak bukan hanya sebuah kuil tetapi sebuah kota keagamaan yang menampung para pendeta, pejabat, dan pengrajin yang bekerja di kompleks tersebut.
Kompleks ini mencakup area seluas lebih dari 100 hektar, menjadikannya salah satu kompleks keagamaan terbesar di dunia.
Siapa yang membangun Karnak?
Karnak dibangun dan diperluas selama lebih dari 1.500 tahun oleh berbagai Firaun dan penguasa dalam sejarah Mesir Kuno. Bangunan paling awal dibangun pada masa Kerajaan Tengah sekitar tahun 2050 SM, sedangkan penambahan yang paling signifikan dilakukan pada masa Kerajaan Baru sekitar tahun 1550–1069 SM.
Beberapa Firaun paling terkenal yang berkontribusi dalam pembangunan Karnak termasuk Senusret I, Hatshepsut, Thutmose III, Amenhotep III, dan Ramses II.
Setiap Firaun menambahkan sentuhan uniknya pada kompleks tersebut, dan seiring berjalannya waktu, situs tersebut berkembang menjadi salah satu pusat keagamaan terbesar dan paling mengesankan di dunia kuno.
Kompleks ini tidak dibangun oleh satu orang atau dalam satu periode tertentu, melainkan merupakan hasil upaya kolektif dari generasi ke generasi pembangun, pengrajin, dan arsitek terampil selama berabad-abad.
Tiang-tiang di Karnak adalah gerbang besar dan menjulang tinggi yang berfungsi sebagai pintu masuk ke berbagai bagian kompleks candi.
Ciri khasnya adalah dindingnya yang miring, menjulang ke atas dan dihiasi dengan ukiran dan relief yang rumit. Tiang-tiang tersebut dibangun pada masa Kerajaan Baru (sekitar 1550–1069 SM) dan dibangun oleh beberapa Firaun, termasuk Hatshepsut, Thutmose III, dan Ramses II.
Tiang-tiang itu lebih dari sekedar pintu gerbang; mereka juga merupakan simbol kekuasaan dan otoritas Firaun. Prasasti dan relief pada tiang menggambarkan adegan-adegan dari kehidupan, pertempuran, dan kemenangan Firaun, serta tema keagamaan dan hubungan Firaun dengan para dewa.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR