Tiang-tiang tersebut juga berfungsi sebagai pertahanan, karena dibentengi dengan tembok dan benteng untuk melindungi kuil dari penjajah.
Saat ini, pengunjung Karnak masih dapat melihat tiang-tiang yang mengesankan, yang merupakan salah satu fitur paling ikonik dan mudah dikenali dari kompleks candi.
Siapa Amun?
Amun adalah dewa penting dalam agama Mesir kuno, yang dihormati sebagai raja para dewa dan pencipta alam semesta.
Dia sering digambarkan sebagai pria dengan dua sayap di kepalanya, atau sebagai seekor domba jantan, dan dikaitkan dengan kesuburan, penciptaan, dan matahari.
Amun adalah salah satu dewa terpenting dalam jajaran dewa Mesir, dan pemujaannya berpusat di Karnak, ia disembah bersama permaisurinya, Mut, dan putra mereka Khonsu di tempat suci utama kompleks kuil.
Selama periode Kerajaan Baru sekitar 1550–1069 SM, Amun menjadi terkenal sebagai dewa utama kekaisaran Mesir, dan para firaun dikenal sebagai "putra Amun", yang menekankan peran sentral dewa dalam ideologi kerajaan.
Kultus Amun terus menjadi kekuatan utama dalam agama Mesir hingga kemunduran peradaban Firaun, dan banyak bangunan paling mengesankan di Karnak dibangun untuk menghormati dewa yang kuat ini.
Acara Keagamaan di Karnak
Karnak adalah salah satu situs keagamaan terpenting di Mesir kuno, dan banyak festival dan upacara diadakan di sana sepanjang tahun untuk menghormati para dewa dan memastikan kemakmuran kerajaan. Beberapa festival penting yang berlangsung di Karnak.
Pertama ada Festival Opet, salah satu festival terpenting di Mesir kuno dan dirayakan setiap tahun di Karnak. Berlangsung selama beberapa minggu dan melibatkan prosesi pendeta dan gambar para dewa dari Kuil Karnak ke Kuil Luxor, gambar-gambar tersebut akan menghabiskan waktu di tempat suci bagian dalam kuil sebelum dikembalikan ke Karnak.
Festival Lembah Indah, festival ini diadakan setiap tahun untuk menghormati Dewa Amun dan permaisurinya Mut. Mlibatkan prosesi Triad Thebes (Amun, Mut, dan Khonsu) dari Karnak ke Lembah para Raja, tempat arwah Firaun yang telah meninggal diyakini bersemayam.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR