Nationalgeographic.co.id—Telah diketahui bahwa di puncak-puncak gunung tertinggi di dunia, seperti Gunung Everest, terdapat ketinggian di mana tubuh manusia tidak dapat berfungsi dengan baik dalam jangka waktu lama.
Ketinggian ekstrem ini berapa pada ketinggian di atas sekitar 8.000 meter atau yang kerap disebut sebagai 'zona kematian'.
Daerah tersebut merupakan salah satu lingkungan yang paling tidak ramah di Bumi dan menghadirkan tantangan yang mengancam jiwa bagi para pendaki gunung. Mustahil bagi manusia dapat bertahan hidup di daerah ini tanpa adanya sistem pendukung eksternal.
Udara mengandung 21% oksigen di semua ketinggian. Namun, tekanan udara yang lebih rendah di ketinggian tinggi memungkinkan molekul oksigen mengalami dekompresi dan menyebar atau disebut dengan 'udara tipis'.
Di puncak Gunung Everest, tekanan atmosfer hanya sekitar sepertiga dari tekanan di permukaan laut. Dengan demikian, jumlah oksigen yang tersedia juga hanya sepertiga dari yang ada di permukaan laut. Padahal, kekurangan oksigen mendatangkan malapetaka bagi tubuh manusia.
Manusia beradaptasi untuk hidup di dataran rendah dengan kadar oksigen cukup untuk mempertahankan hidup. Saat berada di lingkungan zona kematian dengan kadar oksigen rendah, tubuh kita akan kesulitan karena kita membutuhkan oksigen untuk fungsi tubuh yang vital.
Kekurangan oksigen atau hipoksia merupakan salah satu faktor paling kritis yang berkontribusi terhadap penurunan kesehatan kita di zona kematian.
Otak dan organ-organ lain sangat sensitif terhadap kadar oksigen, dan ketika tidak mendapatkan oksigen yang cukup, fungsinya akan sangat terganggu.
Saat manusia naik ke tempat yang lebih tinggi, mereka mengalami berbagai tahap komplikasi. Gejala ringan penyakit ketinggian seperti pusing, sakit kepala, dan sesak napas cukup umum terjadi.
Namun, saat mereka melangkah lebih jauh ke zona kematian, efeknya menjadi lebih serius, yang menyebabkan gangguan membuat keputusan, kebingungan, kehilangan kesadaran, dan akhirnya, kematian. Tingkat keparahan efek ini bergantung pada durasi dan tingkat kekurangan oksigen.
Dilansir Ultimate Kilimanjaro, inilah hal-hal yang dapat terjadi pada tubuh manusia di zona kematian menurut sains.
Baca Juga: Apakah George Mallory Orang yang Pertama Mencapai Puncak Everest?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR