Invasi Mongol ke Kekaisaran Jepang pada abad ke-13 dimotivasi oleh perpaduan kompleks antara ambisi, kebutuhan strategis yang dirasakan, dan pertimbangan geopolitik.
Tokoh sentral dalam drama ini adalah Kublai Khan, penguasa Mongol yang mengawasi berdirinya Dinasti Yuan di Tiongkok dan berusaha memperluas kekuasaannya lebih jauh.
Di jantung motivasi Kublai Khan adalah aspirasinya untuk mengkonsolidasikan kekuatannya dan meningkatkan kekayaan dan pengaruh kerajaannya.
Jepang, dengan reputasinya akan emas yang melimpah dan sumber daya lainnya, merupakan target yang menarik. Tidak hanya berpotensi membawa sumber daya ini ke lipatan Mongol, tetapi juga akan menambah permata lain pada mahkota Kekaisaran Mongol.
Selain itu, Kublai Khan memandang aneksasi Jepang sebagai kebutuhan strategis untuk mengamankan sayap timurnya. Pada pertengahan abad ke-13, bangsa Mongol telah menaklukkan Korea dan menjadikannya negara bawahan.
Namun, status kemerdekaan Kekaisaran Jepang menimbulkan ancaman potensial, dan penaklukannya dipandang sebagai langkah yang diperlukan untuk mengamankan hegemoni regional Mongol.
Kublai Khan awalnya berusaha untuk mencapai tujuannya melalui diplomasi. Pada tahun 1266, dia mengirim utusan ke Jepang, membawa surat yang menuntut kesetiaan Keshogunan Kamakura kepada Dinasti Yuan.
Namun, tawaran diplomatiknya ditolak, dan utusannya kembali dengan tangan kosong.
Penolakan untuk tunduk pada otoritas Mongol ini ditafsirkan sebagai tantangan dan penghinaan terhadap kekuasaan Kublai Khan, memberikan pemicu langsung untuk invasi.
Invasi Mongol Pertama ke Kekaisaran Jepang (1274)
Menyusul kegagalan berulang kali dalam tawaran diplomatik terhadap Jepang, Kubilai Khan memutuskan untuk menegaskan dominasinya melalui kekerasan.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR