Nationalgeographic.co.id—Sejarah era Victoria berlangsung dari tahun 1837 hingga 1901, sering dikaitkan dengan keanggunan, kemewahan, dan keindahan. Namun pada masa itu, masa tren fesyen berbahaya terjadi dan mempunyai konsekuensi kesehatan yang serius.
Gaun wanita sering kali ditandai dengan rok tebal, yang ditopang oleh crinoline (lingkaran yang terbuat dari kawat atau baja) atau bustle (bingkai yang dikenakan di bawah rok untuk menambah volume pada bagian belakang). Sementara fesyen pria pada era Victoria mengalami peningkatan dalam setelan jas, sering kali menampilkan rompi dan mantel rok.
Pigmen Beracun
Scheele's Green adalah pigmen hijau cerah yang populer digunakan di era Victoria untuk kain, dan bahkan kembang gula. Pigmen ini diciptakan oleh Carl Wilhelm Scheele pada tahun 1775 dan digunakan secara luas sepanjang abad ke-19.
Namun, Scheele's Green diketahui sangat beracun dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius, sehingga penggunaannya dilarang.
Pigmennya mengandung tembaga arsenit yang sangat beracun. Paparan pigmen dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk iritasi kulit, masalah pernafasan, dan masalah pencernaan. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih parah, seperti kanker dan kegagalan organ.
Topi Terbuat dari Merkuri
Merkuri merupakan bahan populer dalam banyak produk kecantikan selama era Victoria, termasuk krim, salep, dan bahkan topi.
Merkuri sangat beracun dan paparannya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gemetar, mudah tersinggung, kehilangan ingatan, dan perubahan kepribadian. Paparan merkuri dalam waktu lama juga dapat menyebabkan kerusakan saraf yang serius, kerusakan ginjal, dan bahkan kematian.
Para pembuat topi sangat rentan terhadap paparan merkuri karena mereka terpapar asap beracun setiap hari. Proses mengubah bulu menjadi kain kempa melibatkan pemanasan merkuri nitrat dan mengaplikasikannya pada bulu. Pembuat topi kemudian akan membentuk bulu tersebut menjadi topi, yang akan mengeluarkan asap merkuri saat dikukus dan diperas.
Akibat paparan merkuri yang terus-menerus, pembuat topi sering kali menderita kondisi yang dikenal sebagai "penyakit Mad Hatter", yang ditandai dengan gemetar, gelisah dan gejala neurologis lainnya. Banyak pembuat topi meninggal karena keracunan merkuri, dan penggunaan merkuri dalam produksi topi akhirnya dilarang di banyak negara.
Riasan Merusak Kulit
Selama era Victoria, riasan sangat populer di kalangan wanita, namun banyak produknya mengandung bahan berbahaya yang menimbulkan risiko kesehatan serius. Beberapa bahan umum dalam riasan Victoria termasuk timbal, arsenik, dan merkuri, yang semuanya sangat beracun dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Khususnya penggunaan timbal merupakan bahan umum dalam tata rias, khususnya pada bedak wajah dan krim pemutih. Wanita menggunakan produk ini untuk mendapatkan kulit pucat seperti porselen yang dianggap modis pada saat itu. Namun, penggunaan timbal dalam riasan sangatlah berbahaya dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi banyak wanita.
Timbal digunakan sebagai bahan pemutih pada bedak wajah dan terkadang juga ditambahkan pada lipstik dan kosmetik lainnya. Hal itu ektif untuk membuat kulit pucat, tapi juga sangat beracun. Paparan timbal dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, berupa anemia, kerusakan ginjal, dan kerusakan saraf.
Kulit Pucat Akibat Tuberkulosis Jadi Tren Kecantikan
Dalam sejarah era Victoria, tuberkulosis menjadi penyakit umum yang dikaitkan dengan keindahan dan keanggunan. Tuberkulosis adalah penyakit menular serius yang terutama menyerang paru-paru, namun juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
Di era Victoria, tuberkulosis merupakan penyebab utama kematian, dan baru pada akhir abad ke-19 bakteri penyebab penyakit ini teridentifikasi. Namun banyak orang yang percaya bahwa memiliki kulit pucat adalah tanda kecantikan, dan tuberkulosis menyebabkan kulit menjadi pucat.
Akibatnya, banyak orang yang sengaja menularkan penyakit TBC atau meminum “susu TBC” demi tampil lebih cantik. Tren berbahaya ini mengakibatkan banyak orang menjadi sakit parah atau bahkan meninggal akibat penyakit tersebut.
Korset
Mengenakan korset adalah praktik umum di kalangan wanita dalam sejarah era Victoria, dan diyakini sebagai komponen penting dalam berpakaian modis. Namun, penggunaan korset dikaitkan dengan sejumlah risiko dan bahaya kesehatan, beberapa di antaranya parah.
Salah satu bahaya penggunaan korset yang paling signifikan adalah potensi kerusakan organ. Korset dirancang untuk mengencangkan pinggang dan menekan organ dalam, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Penggunaan korset dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan pergeseran organ seperti hati, ginjal, dan lambung, yang dapat mengakibatkan nyeri kronis, masalah pencernaan, dan gangguan pernapasan.
Korset juga membatasi pernapasan karena memaksa pemakainya mengambil napas pendek. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah pernapasan, termasuk sesak napas, batuk, dan bahkan pneumonia. Dalam kasus ekstrim, penggunaan korset bisa menyebabkan pingsan atau kehilangan kesadaran karena kekurangan oksigen.
Meskipun terdapat banyak risiko kesehatan yang terkait dengan korset, korset tetap menjadi aksesori fesyen yang populer sepanjang sejarah era Victoria. Baru pada awal abad ke-20 penggunaan korset mulai menurun, karena perempuan mulai mencari pilihan pakaian yang lebih nyaman dan praktis.
Dari pigmen beracun hingga korset, mode pada sejarah era Victoria itu sering kali berbahaya bagi mereka yang mengikutinya. Penting untuk mempelajari tren ini dan risikonya untuk memahami pentingnya keselamatan dalam dunia fesyen.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR