Inti dari sebuah kapal perang Romawi adalah awaknya, kumpulan individu yang beragam, yang bersama-sama menghidupkan kapal tersebut.
Komposisi kru merupakan cerminan struktur masyarakat Romawi, dengan peran dan tanggung jawab yang mencerminkan hierarki dan perpecahan kekaisaran.
Yang memimpin jaringan tugas yang rumit ini adalah navarch, atau kapten kapal. Dipercayakan dengan komando keseluruhan, navarch bertanggung jawab atas navigasi, strategi, dan memastikan kesejahteraan krunya.
Seringkali dipilih karena pengalaman dan kualitas kepemimpinan mereka, para kapten ini adalah kunci utama yang menjaga kelancaran operasional kapal.
Di bawah navarch, terjadi hierarki yang kompleks. Juru mudi, atau gubernur, ditugaskan untuk mengendalikan kemudi kapal, sebuah peran yang membutuhkan keterampilan luar biasa, terutama selama panasnya pertempuran.
Aeneator atau kepala perahu, memainkan peran penting dalam menjaga ritme para pendayung, sering kali menggunakan peluit atau drum untuk mengatur kecepatan.
Perwira, sosok yang lebih umum dikaitkan dengan legiun Romawi, juga hadir di kapal, memimpin kontingen marinir, kekuatan tempur utama kapal.
Marinir, sosok yang bersenjata lengkap dan dilatih untuk pertempuran jarak dekat, sangat penting selama aksi menaiki kapal atau ketika memukul mundur penumpang musuh.
Para pendayung, atau remiges adalah otot kapal, yang mendorongnya maju dengan pukulan yang tersinkronisasi.
Bertentangan dengan anggapan umum, tidak semua pendayung adalah budak atau tahanan. Banyak di antara mereka adalah orang-orang bebas, seringkali berasal dari lapisan masyarakat bawah, yang memilih profesi sulit ini karena menjanjikan gaji tetap dan potensi mobilitas ke atas.
Kehadiran kru yang beragam, masing-masing dengan fungsi khusus, menggarisbawahi kompleksitas operasi angkatan laut di Roma kuno.
Bersama-sama, mereka mengubah kapal perang dari sekadar struktur kayu menjadi makhluk hidup dan bernapas, yang mampu menegaskan dominasi Roma di Mediterania.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR