Dia mengirim Capelianus, gubernur provinsi terdekat dan pendukung setianya, untuk memadamkan pemberontakan.
Hasil Pertempuran Kartago jelas menguntungkan pasukan Maximinus. Gordian II, yang memimpin milisi lokal yang tidak siap, tewas dalam pertempuran.
Mendengar kematian putranya, Gordian I bunuh diri. Pertempuran yang menentukan ini mengakhiri pemberontakan di Afrika dan menegaskan kekuatan abadi Maximinus Thrax, meskipun kejatuhannya hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Pembunuhan Balbinus dan Pupienus
Pembunuhan Balbinus dan Pupienus menandai peristiwa penting lainnya di tahun yang penuh gejolak ini. Kedua kaisar tersebut dipilih oleh Senat, yang berharap untuk mendapatkan kembali otoritas politik yang terus merosot di bawah kaisar militer.
Namun, penunjukan mereka tidak diterima dengan baik oleh masyarakat Roma, yang lebih menyukai Gordian III, maupun oleh Pengawal Praetorian.
Kelompok terakhir, yang tidak puas dengan upaya Senat untuk mengesampingkan mereka dan tidak terkesan dengan kurangnya kredensial militer kedua senator tersebut, secara brutal membunuh Balbinus dan Pupienus.
Peristiwa ini menandai peralihan kekuasaan yang signifikan dan membuka jalan bagi pemerintahan Gordian III. Dampaknya terhadap masyarakat dan pemerintahan Romawi sangat besar. Suksesi kaisar yang cepat memperlihatkan ketidakstabilan yang melekat pada sistem kekaisaran pada saat itu.
Hal ini menyoroti meningkatnya ketegangan antara faksi-faksi kekuasaan yang berbeda di Roma, yaitu Senat, tentara, dan masyarakat.
Pemerintahan Gordian III berikutnya, meskipun lebih stabil jika dibandingkan sangat dipengaruhi oleh faksi-faksi ini, khususnya Pengawal Praetorian.
Secara lebih luas, peristiwa-peristiwa pada tahun 238 M merupakan awal dari Krisis Abad Ketiga atau juga dikenal sebagai Krisis Kekaisaran, suatu periode kekacauan ekonomi, militer, dan politik yang parah yang hampir menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi.
Perebutan kekuasaan, pergolakan sosial-politik, dan krisis militer yang menandai Tahun Enam Kaisar dapat dilihat sebagai gejala awal dari krisis yang akan datang.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR