Keramik juga digunakan secara lebih luas, dan bentuk yang paling umum adalah urpu. Urpu adalah wadah berbentuk bulat dengan leher panjang dan dua pegangan kecil di bagian bawah pot yang digunakan untuk menyimpan jagung.
Perlu dicatat bahwa dekorasi tembikar, tekstil, dan patung arsitektur suku Inca biasanya tidak menyertakan representasi diri mereka sendiri. Ritual mereka, atau gambaran umum Andean seperti monster dan sosok setengah manusia, setengah binatang.
Suku Inca memproduksi tekstil, keramik, dan pahatan logam yang secara teknis lebih unggul dibandingkan kebudayaan Andean sebelumnya. Hal ini terjadi meskipun terdapat persaingan yang ketat dari para ahli pengerjaan logam seperti pengrajin ahli dari peradaban Moche.
Sama seperti suku Inca yang memaksakan dominasi politik terhadap wilayah yang mereka taklukkan, demikian pula dengan seni Inca.
Penguasa Inca menerapkan bentuk dan desain standar Inca, tetapi mereka juga membiarkan tradisi lokal mempertahankan warna dan proporsi yang mereka sukai.
Seniman berbakat seperti yang berasal dari Chan Chan atau daerah Titicaca dan wanita yang sangat ahli dalam menenun dibawa ke Cuzco. Tujuannya agar mereka dapat menghasilkan barang-barang indah untuk para penguasa Inca.
Kehancuran Kekaisaran Inca
Kekaisaran Inca didirikan dan dipertahankan dengan paksaan, dan pemerintahan Inca sering kali tidak populer di kalangan rakyatnya (terutama di wilayah utara).
Kondisi itu adalah situasi yang akan diambil alih sepenuhnya oleh para penakluk Spanyol (conquistadores), yang dipimpin oleh Francisco Pizarro. Mereka akan sepenuhnya memanfaatkannya pada dekade pertengahan abad ke-16 Masehi.
Faktanya, Kekaisaran Inca masih belum mencapai tahap kematangan yang terkonsolidasi ketika menghadapi tantangan terbesarnya. Pemberontakan merajalela, dan suku Inca terlibat dalam perang di Ekuador, dengan ibu kota Inca kedua didirikan di Quito.
Yang lebih parah lagi, suku Inca dilanda epidemi penyakit Eropa, seperti cacar. Cacar menyebar dari Amerika Tengah bahkan lebih cepat daripada penjajah Eropa itu sendiri, dan gelombang tersebut menewaskan 65-90% populasi.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR