Nationalgeographic.co.id—Persepolis dibangun oleh Darius I (memerintah 522-486 Sebelum Masehi), penguasa Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Kompleks ini terdiri dari beberapa bangunan arsitektur dan istana mewah, yang berfungsi sebagai ibu kota Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Orang Persia menamai kota itu Parsa, meskipun lebih dikenal dengan nama Yunaninya, Persepolis.
Persepolis terletak sekitar 48 km timur laut Shiraz, di provinsi Fars, yang terletak di barat daya Iran. Terletak di pertemuan sungai Pulvar dan Kor di lembah yang dikelilingi pegunungan.
Proyek pembangunan dimulai antara tahun 518 dan 515 Sebelum Masehi. Merupakan kota megah yang jadi singgasana para raja, Persepolis dihancurkan oleh Aleksander Agung.
Mengapa Darius Agung membangun ibu kota baru?
Kontroversi dan keresahan menyelimuti suksesi Darius I (Darius Agung). Ada spekulasi bahwa Darius menjadi dalam di balik pembunuhan raja sebelumnya. Hal ini menyebabkan pemberontakan dan keresahan di Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Diasumsikan bahwa Darius I menugaskan pembangunan Persepolis agar fokus teralihkan pada ibu kota baru. “Ibu kota baru juga diharapkan bisa meningkatkan reputasi dan kekuasaannya,” tulis Nita Gleimius di laman The Collector.
Selain itu, ibu kota lama di Pasargadae letaknya cukup jauh dari pusat administrasi dan istana kerajaan lainnya.
Lokasi Persepolis
Persepolis berada di pegunungan terpencil yang sulit diakses. Menurut sejarawan, lokasi ini dipilih terutama untuk keselamatan dan keamanan dari ancaman internal dan eksternal.
Namun gagasan ini tidak masuk akal. Pasalnya, tujuan dari pembangunan ibu kota megah adalah untuk menunjukkan kekuatan, kekuatan, dan sumber daya yang dimiliki. Darius Agung ingin menunjukkan kepada orang Persia dan tamu kekaisaran bahwa ia mampu membangun segala kemegahan itu.
Lokasinya yang aman menjadikan Persepolis tempat yang ideal untuk perbendaharaan karena dianggap sebagai tempat teraman di Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Persepolis juga merupakan lokasi paling aman untuk menyimpan upeti, arsip, artefak, harta berharga, dan karya seni.
“Kompleks utama Persepolis terdiri dari 9 bangunan yang diselesaikan oleh penerus Darius sekitar 100 tahun kemudian,” tambah Gleimius.
Nama dan lukisan Darius I, putranya Xerxes, dan cucunya Artaxerxes, kerap muncul di berbagai permukaan reruntuhan kota kuno tersebut.
Persepolis, ibu kota termegah di dunia kuno
Tidak ada biaya yang dihemat. Kota ini dimaksudkan untuk menjadi tempat pertunjukan kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan raja-raja dari Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Bahan-bahan mewah dan mahal dalam jumlah besar diimpor dari berbagai tempat, termasuk kayu cedar Lebanon, pewarna ungu, logam mahal, kapas Mesir, dan emas India.
Bahan konstruksinya antara lain batu, bata lumpur, dan kayu. Dekorasi diterapkan secara mewah, termasuk relief yang sangat indah. Semua dibuat dengan sempurna dari batu bata yang dibakar dan dilapisi kaca berwarna kuning, coklat, dan hijau.
Diduga pintu ganda bangunan utama kompleks kerajaan terbuat dari kayu dan dilapisi logam yang dihias dengan rumit.
Tenaga kerjanya termasuk perajin dan seniman terampil dari seluruh Kekaisaran Persia Akhemeniyah dan juga dari luar kekaisaran. Ukiran binatang dan manusia yang sangat halus dan tidak biasa yang dibuat dengan jarum, diyakini sebagai karya seniman Yunani.
Dinyatakan sebagai situs warisan dunia UNESCO, Persepolis adalah representasi dari desain arsitektur brilian Dinasti Akhemeniyah.
Pembangunan Persepolis
Darius menugaskan pembangunan Persepolis sekitar tahun 515 Sebelum Masehi. 3 bangunan pertama dari kompleks ini diyakini telah selesai dibangun sebelum kematiannya. Lalu bangunan keempat, perbendaharaan, diselesaikan oleh putranya Xerxes (memerintah 486-465 Sebelum Masehi).
Lokasinya dibersihkan dan diratakan sebelum konstruksi dapat dimulai. Para pembangun meninggikan medan untuk membentuk platform datar seluas 410.100 meter persegi di atas permukaan tanah.
Sebagian dari kompleks tersebut dipotong dari Gunung Kuh-e Rahmet (Gunung Rahmat). Rongga-rongga tersebut diisi dengan tanah dan batu, diikat dengan klip logam.
Pasokan air tawar, sistem pembuangan limbah, dan sistem drainase air tanah direncanakan dengan baik. Semuanya berfungsi dengan baik berkat teknik yang canggih. Para insinyur memanfaatkan beberapa teknik untuk memastikan pasokan dan sistem limpasan air banjir yang memadai.
Bangunan-bangunan tersebut dibangun dengan batu bata lumpur dan balok-balok batu besar yang dipotong secara presisi. “Semuanya disusun tanpa mortar,” ungkap Gleimius. Permukaan balok batu kapur abu-abu ini dipoles hingga tampak berkilau seperti marmer.
Apadana atau ruang audiensi raja
Darius Agung memulai proyeknya dengan aula dewan dan istananya. Berikutnya adalah tangga ganda yang besar dan lebar, yang dikenal sebagai tangga Persepolitan.
Apadana adalah aula audiensi sepanjang 61 meter yang memiliki atap balok kayu cedar dari Lebanon. Aula ini menjadi reruntuhan yang paling terkenal. Atapnya ditopang oleh 72 kolom, 19 meter di atas permukaan teras. Di setiap kolom terdapat patung binatang, seperti singa dan banteng, yang melambangkan otoritas raja.
Para pejabat tinggi dari wilayah Kekaisaran Persia Akhemeniyah datang membawa hadiah dan memberi penghormatan di Apadana.
Menurut Herodotus, sejarawan Yunani, Darius Agung membangun Persepolis untuk membuat semua orang terkesan.
Xerxes, putra Darius Agung yang melanjutkan pembangunan Persepolis
Di Gerbang Segala Bangsa, Xerxes, penerus Darius Agung, membangun sebuah istana megah dengan ruang audiensi. Xerxes terkenal karena kekejaman dan sifat borosnya. Dia bersikeras agar istananya berukuran dua kali lipat istana ayahnya. Aula audiensi menampilkan atap kayu cedar yang ditopang oleh empat tiang setinggi 18 meter.
Harem berbentuk L dengan tiga pintu berhias, dan pintu rahasia keempat yang menghubungkan langsung ke istana. Harem tersebut menampung 22 apartemen.
Perbendaharaan terletak di belakang harem. Perbendaharaan di Persepolis juga berfungsi sebagai gudang senjata dan tempat penyimpanan barang-barang berharga dan catatan tertulis.
Pembangunan aula dengan 100 kolom (Aula Takhta) menyusul. Aula ini diyakini diselesaikan oleh putra dan penerus Xerxes, Artaxerxes I (memerintah 465-424 Sebelum Masehi).
Penerus selanjutnya membangun benteng di Persepolis
Struktur selanjutnya yang dibangun adalah istal kerajaan dan rumah kereta. Bangunan tersebut diperkirakan terletak di belakang perbendaharaan dan istana Raja Xerxes. Garnisun kota, tempat tentara bermarkas, dibangun di dekat sini.
Kompleks ini dikelilingi oleh tiga dinding dengan jarak antar dinding. Tembok ini berfungsi sebagai struktur keamanan untuk melindungi benteng. Terdapat menara di atas setiap tembok yang selalu dijaga oleh penjaga keamanan. Tidak jelas penerus mana yang membangun tembok tersebut atau kapan tembok tersebut dibangun.
Penjarahan dan penghancuran Persepolis oleh Aleksander Agung
Kekaisaran Persia Akhemeniyah dikalahkan oleh Aleksander Agung. Saat itu, Persepolis nan megah dihancurkan pada tahun 330 Sebelum Masehi.
Menurut Diodorus Siculus dalam Library of World History, Aleksander Agung dan pasukannya sedang merayakan kemenangan. Dalam keadaan mabuk, atas desakan para wanita, mereka membakar kota tersebut. Beberapa sejarawan menduga bahwa alasan kehancuran ini adalah balas dendam atas penjarahan Athena oleh Xerxes pada tahun 480 Sebelum Masehi.
Sebelum kebakaran terjadi, Aleksander Agung mengizinkan pasukannya menjarah kota. Penguasa dari Makedonia itu juga memindahkan harta istana selama beberapa hari. Sekali lagi, Diodorus Siculus-lah yang menggambarkan banyaknya harta karun yang dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
Untungnya catatan Dinasti Akhemeniyah tidak dijarah atau dihancurkan. Prasasti runcing pada bangunan dan monumen dibiarkan utuh akibat kobaran api. Selain itu, lempengan tanah liat dan segel dari perbendaharaan dan arsip makin diperkuat oleh panas.
Pada tahun 1933, dua set piring emas dan perak dengan tulisan tiga bahasa ditemukan di bawah istana Darius.
Persepolis, kebanggaan Kekaisaran Persia Akhemeniyah
Pada tahun 1971, reruntuhan Persepolis dibersihkan, dipoles, dan diperbaiki untuk perayaan 2.500 tahun Kekaisaran Persia.
Para arkeolog Prancis melakukan penggalian situs tersebut. Arsitek Charles Chipiez melakukan rekonstrusi di atas kertas atas reruntuhan bangunan Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Di antaranya adalah bangunan dan monumen Persepolis.
Laboratorium restorasi dibuka di Persepolis pada bulan Desember 2021 untuk memulihkan benda-benda dari situs dan sekitarnya. Laboratorius itu dilengkapi untuk memulihkan kerusakan fisik, kimia, dan biologis yang disebabkan oleh lingkungan dan manusia.
Kemegahan kota kuno ini masih terlihat jelas di reruntuhannya. Anda dapat membayangkan kemegahan yang pernah menjadi bagian dari kota yang sangat kaya ini. Warna-warna cerah dan rona dari batu dan kayu cedar, relief-relief yang megah, tirai dan bantal ungu yang mewah. Juga perabotan dan dinding yang dihias dengan mewah.
Bisa dibayangkan jika kemewahan itu membuat kagum setiap orang yang melihatnya pada zaman dahulu.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR