Beberapa tengkorak yang dicat dipindahkan dan kemudian ditempatkan di kuburan lain. Hal ini membuat para peneliti berasumsi bahwa pemindahan tersebut adalah cara untuk melindungi orang mati.
Mereka berhipotesis bahwa tengkorak dilukis atau dicat merah sebagai cara untuk melindungi makam dari perampok. “Terutama setelah invasi Spanyol,” Cowie menambahkan.
Tampaknya, ancaman terhadap penodaan dan penjarahan yang dilakukan oleh orang Eropa menjadi perhatian. Pigmen yang diterapkan dianggap membantu mencegah hal ini. Faktanya, beberapa sisa-sisa yang dicat ditempatkan di atas sisa-sisa lainnya yang tidak dicat, sebagai upaya untuk melindunginya.
Menurut peneliti, masyarakat Chincha sejak lama menggunakan tekstil, dedaunan, dan tangan sendiri untuk mengaplikasikan pigmen merah pada sisa-sisa manusia. Penelitian selanjutnya dilakukan untuk mengetahui hubungan antara hidup dan mati. Juga perbedaan sosial agar dapat dilihat oleh orang lain.
Salah satu aspek proses yang belum diketahui oleh Bongers dan rekannya adalah kapan cat merah diaplikasikan.
Penelitian ini penting untuk mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan Chincha dalam sejarah dunia. Sayangnya kebudayaan ini menghilang beberapa dekade setelah penaklukan Spanyol atas Peru dimulai pada tahun 1532 Masehi.
Source | : | Live Science,Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR